Puasa, inflasi Juni 2016 diyakini masih terkendali



JAKARTA. Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan laju inflasi Juni 2016. Sejumlah ekonom memperkirakan laju inflasi Juni tak akan terlalu tinggi.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan inflasi bulanan pada Juni 2016 sebesar 0,5% dengan inflasi tahunan sebesar 3,3%.

Menurut David, tekanan harga makanan Juni 2016 yang bertepatan dengan musim puasa, tidak sekencang tekanan harga pada musim puasa sebelumnya.


"Upaya pemerintah kelihatannya cukup berhasil menjaga harga pangan," katanya, kepada KONTAN, Rabu (30/6).

Sementara ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, inflasi bulanan Juni 0,53% dan inflasi tahunan 3,33%. Sementara itu, inflasi inti cenderung stagnan 3,41% dipengaruhi ekspektasi inflasi yang terjaga dan kenaikan harga emas, serta dikompensasi penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksi inflasi bulanan dan tahunan Juni masing-masing 0,46% dan 3,25% karena tekanan harga yang tidak terlalu besar.

Sementara ekonom Maybank Juniman bilang, upaya pemerintah dalam menstabilkan harga cukup membantu, namun tidak sepenuhnya menurunkan harga bahan pangan sehingga harga makanan jadi juga naik. Menurutnya, puncak inflasi tahun ini terjadi di Juni 2016 dengan perkiraan inflasi bulanan 0,65% dan inflasi tahunan 3,45%.

Pada Juli, Juniman memperkirakan inflasi lebih rendah dibanding Juni lantaran Idul Fitri terjadi di awal bulan sehingga tekanan harga hanya di awal bulan. "Setelah lebaran harga kembali normal, tekanan harga tidak besar, inflasi akan rendah," tambahnya.

Sebelumnya, hasil survei harga pekan ketiga Juni 2016 oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan inflasi sebesar 0,56%. Menurut Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, ada tiga penyebab laju inflasi Juni rendah.

Yakni, operasi pasar oleh pemerintah, penurunan permintaan masyarakat serta penguatan rupiah sehingga harga barang impor juga turun. "Inflasi sampai akhir tahun kami perkirakan sekitar 3,9%. Makanya kami masih punya peluang untuk melakukan easing," kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie