Pubertas Dini pada Anak Perempuan dan Laki-LaKi: Penyebab, Ciri, dan Dampaknya



KONTAN.CO.ID -  Setiap anak memiliki perkembangan baik tubuh maupun kecerdasan yang berbeda termasuk waktu pubertas mereka. 

Beberapa anak bahkan mengalami pubertas dini dimana anak-anak mendapatkan pubertas mereka lebih awal dari waktu umumnya. 

Pubertas dini sebelum waktunya bersumber dari situs Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya adalah perubahan tubuh anak menjadi dewasa (remaja) pada usia yang lebih dini dari yang seharusnya. 


Pada anak laki-laki, pubertas dini terjadi sebelum usia 9 tahun, dan anak perempuan sebelum usia 8 tahun. 

Baca Juga: Lowongan Kerja Adaro Energy Terbaru 2022, Banyak Posisi Dibuka

Pubertas dini menyebabkan perubahan bentuk dan ukuran tubuh, perkembangan tulang dan otot, serta perkembangan organ dan reproduksi. Kondisi ini cukup langka karena hanya terjadi pada 1 dari 5000 anak.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya Muhammad Anas menyebut pubertas dini dipicu oleh hormon gonadotropin (GnRH), yaitu hormon yang merangsang produksi hormon esterogen pada anak perempuan dan hormon testosteron pada anak laki-laki.

Ciri-ciri pubertas dini pada anak 

Anas menjelaskan tanda pubertas dini pada anak diantaranya yaitu pertumbuhan payudara dan menstruasi pertama lebih awal pada anak perempuan sebelum usia 8 tahun. 

Sedangkan pada anak laki-laki, akan mengalami pubertas dini berusia 9 tahun, dengan tanda berupa suara menjadi lebih berat, pertumbuhan kumis, serta pembesaran testis dan penis.

“Tanda lain yang dapat menyertai pada anak laki-laki dan perempuan adalah kemunculan jerawat di wajah, pertumbuhan tinggi badan menjadi lebih pesat, dan bau badan berubah seperti bau orang dewasa,” jelasnya seperti dikutip dari situs UM Surabaya.   Ada beberapa faktor pemicu lain yang dapat meningkatkan risiko pubertas dini yakni:

  • Obesitas, 
  • riwayat kelainan genetik dari orang tua atau saudara kandung
  • Paparan estrogen dan testosteron dari luar, contohnya melalui penggunaan krim atau salep
  • Pengobatan radioterapi pada kepala atau tulang belakang.
“Periksakan anak anda ke dokter jika ia mengalami beberapa tanda pubertas dini saat usianya masih 7–9 tahun atau lebih muda. Dokter akan mengevaluasi kondisi anak dan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya,” tambahnya.

Dokter akan memeriksa perubahan fisik pada tubuh anak, serta melakukan tes darah dan tes kencing, untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh anak. 

Selanjutnya, dokter akan melakukan stimulasi hormon GnRH untuk mencari tahu jenis pubertas dini. Pada tes ini, dokter mengambil sampel darah anak, lalu menyuntik anak dengan hormon GnRH.

Baca Juga: Ini Dos & Donts Trial Test serta Tes Online TKD & AKHLAK Rekrutmen BUMN 2022 Batch 2

Dampak pubertas dini pada anak 

Anas menyebut, selain memiliki tinggi badan dan perawakan yang berbeda dari teman-teman seusianya. 

Pubertas dini pada anak juga dapat membuat anak tidak percaya diri, malu, stres karena merasa berbeda dengan teman-temannya. Kondisi ini dapat meningkat risiko depresi.

“Anak yang mengalami pubertas dini akan tumbuh lebih cepat sehingga terlihat lebih tinggi dari anak-anak sebayanya. Namun, hal ini menyebabkan tulangnya menjadi cepat matang dan berhenti bertumbuh sebelum waktunya. Akibatnya, tubuh anak akan menjadi lebih pendek ketika ia dewasa nanti,” katanya.

Terakhir, Anas menyebut pubertas dini yang dipicu oleh obesitas dapat dihindari.

“Menurunkan paparan krim atau salep yang mengandung hormon tertentu juga dapat memicu terjadinya pubertas dini,”tutup Anas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News