Pudarkan Harapan Puncak Suku Bunga, Jerome Powell Buka Kemungkinan Kenaikan



KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON - Para pejabat Federal Reserve AS, termasuk Ketua Fed Jerome Powell, menegaskan pada hari Kamis bahwa mereka belum yakin suku bunga saat ini cukup tinggi untuk mengatasi tantangan inflasi.

Powell memperingatkan bahwa The Fed mungkin hanya memiliki sedikit kelonggaran dalam menghadapi kenaikan harga yang dipicu oleh perbaikan pasokan barang, jasa, dan tenaga kerja.

"Kami berkomitmen untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat untuk menurunkan inflasi hingga 2% seiring berjalannya waktu. Namun, kami tidak yakin telah mencapai tingkat tersebut. Jika diperlukan, kami siap untuk melakukan pengetatan lebih lanjut," ujar Powell seperti diberitakan Reuters, Kamis (9/11).


Komentar ini, yang dianggap hawkish dan memicu kenaikan suku bunga pasar, juga dikuatkan oleh tiga rekan Powell yang tetap menekankan kontrol inflasi sebagai prioritas utama The Fed.

Baca Juga: Investasi Kian Susut, Uang Kas Perusahaan Warren Buffett Makin Menumpuk

Presiden sementara Fed St. Louis, Kathleen O’Neill Paese, mengingatkan, tidak bijaksana untuk mengabaikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut. "Saat ini, terdapat ketidakpastian ekonomi yang signifikan, dan kita harus mempertimbangkan alasan mengapa inflasi bisa meningkat secara tiba-tiba," ucapnya.

Sementara itu, Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, menyatakan bahwa masih perlu dilihat apakah pengetatan lebih lanjut diperlukan, terutama dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9% pada kuartal terakhir. Meskipun mendukung pendekatan wait-and-see terhadap kenaikan suku bunga, Barkin menegaskan bahwa "masih perlu dinilai."

Pada pertemuan terakhirnya pada 31 Oktober-November, The Fed mempertahankan tingkat suku bunga di kisaran 5,25% hingga 5,5%, mengingat risiko inflasi yang masih tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi yang kuat. Powell menekankan bahwa keputusan mengenai kebijakan akan diambil dengan hati-hati, menghindari risiko kesalahan interpretasi dari data beberapa bulan terakhir.

Meskipun Powell mengakui perlahanannya perubahan inflasi, yang saat ini mencapai 3,4%, ia menyatakan bahwa "perjalanan menuju stabilitas harga masih panjang." Pernyataan ini mencerminkan ketidakpastian terkait dengan bagaimana fase akhir perang melawan inflasi akan terjadi, dengan Powell mengindikasikan bahwa perlambatan ekonomi mungkin lebih mempengaruhi daripada peningkatan pasokan.

Baca Juga: Bukan Demi Uang, Robert Kiyosaki: Orang Kaya Bekerja untuk Memperoleh Aset

Dalam melihat ke depan, Powell menekankan bahwa "kemajuan dalam menurunkan inflasi kemungkinan akan berasal dari kebijakan moneter ketat yang menahan pertumbuhan permintaan agregat."

Meskipun pernyataannya tentang kebijakan jangka pendek tidak jauh berbeda dari pertemuan sebelumnya, pasar keuangan memberikan respons positif. Pedagang kini melihat kemungkinan satu dari empat kenaikan suku bunga pada bulan Januari, sementara imbal hasil obligasi jangka panjang meningkat.

Data ekonomi dalam beberapa minggu mendatang, termasuk indeks harga konsumen bulan Oktober, akan menjadi faktor penting karena pejabat Fed mempertimbangkan pengetatan lebih lanjut menjelang pertemuan pada 12-13 Desember.

Baca Juga: Menguat Tipis, Rupiah Hari Ini Masih Dipengaruhi Pidato Pejabat The Fed

Sementara itu, Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, memperingatkan tentang risiko overshooting dan mengingatkan dampak imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.

Powell merespons risiko ini dengan menyatakan bahwa The Fed tidak akan mengabaikan perubahan signifikan dalam kondisi keuangan, tetapi juga tidak ingin memperketat kebijakan secara berlebihan. Namun, ia menegaskan bahwa "kesalahan terbesar yang bisa kita lakukan adalah gagal mengendalikan inflasi."

Editor: Noverius Laoli