Pudjiadi tahan ekspansi, ini aksi selanjutnya



KONTAN.CO.ID - PT Pudjiadi and Sons Tbk (PNSE) belum berencana ekspansi bisnis tahun ini. Perusahaan ini lebih memilih untuk konsolidasi internal dan memperkuat arus kas di tengah bisnis hotel yang masih lesu.

Guna memperkuat arus kas, PNSE memilih menjual aset-aset perusahaan. Baru-baru ini, PNSE menjual tiga asetnya yang berlokasi di Semarang, Bali dan Jakarta senilai Rp 31,9 miliar.

Perusahaan ini memilih menjual aset tersebut karena harga jualnya sudah bagus. Sementara jika tetap dipertahankan, income yang dihasilkan ketiga aset tersebut tidak terlalu tinggi. "Kami melihat keuntungan dengan langkah menjual jauh lebih bagus daripada jika harus dipertahankan. Apalagi kami ingin memperkuat arus kas dulu dengan kondisi bisnis hotel yang kurang bagus saat ini," kata Ariyo Tejo, Direktur PNSE kepada KONTAN, Senin (18/9).


PNSE menjual ruko di Bali dengan harga Rp 8,5 miliar. Menurut Ariyo, sewa ruko tersebut selama ini tidak terlalu bagus hanya sekitar Rp 60 juta per tahun.

Sedangkan aset lain yang dijual adalah tanah di Semarang senilai Rp 16 miliar. Semula lahan ini akan dibangun jadi hotel. Namun PNSE membatalkan rencana ini. Pertimbangannya, persaingan bisnis hotel di kawasan ini cukup tinggi sehingga kurang menguntungkan untuk investasi.

Adapun aset ketiga merupakan perkantoran di kawasan SCBD Jakarta Pusat seluas 140 m2 yang dijual dengan harga Rp 7,41 miliar. "Tadinya kami ingin punya kantor di SCBD tapi setelah melihat kondisi bisnis lebih baik kami tetap berkantor di hotel kami di Jakarta. Kantor tersebut dengan lebih baik dijual karena memang harganya juga sudah tinggi," jelas Ariyo.

Ariyo mengatakan, bisnis hotel saat ini masih belum bagus karena kondisi kelebihan pasokan (oversupply). Apalagi ditambah dengan kebijakan pemerintah yang menurutnya banyak menghambat pertumbuhan bisnis hotel serta kemacetan jalan yang juga mengurangi minat orang untuk menginap di hotel.

Hingga minggu pertama September 2017, kondisi okupansi hotel PNSE cenderung flat dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari sembilan hotel PNSE dengan total 1.329 kamar, hanya dua hotel yang mencatat kenaikan okupansi dan pendapatan yakni di Labuhan Bajo dan Anyer. "Di Labuhan Bajo, pendapatan hotel kami sampai minggu pertama September tumbuh 20%. Sedangkan hotel-hotel yang lain okupansinya flat secara rata-rata," kata Ariyo.

Adapun hotel PNSE di Jakarta berupa bintang empat memiliki tingkat keterisian kamar 41,3%, di Bandung (bintang 4) 51%, Cisarua (bintang 2) 38,5%, Anyer (bintang 2) 54%, di Bali (bintang 4) 76%, Lombok (bintang 3) 69,7%, Yogyakarta (bintang 3) 49,6%, Labuhan Bajo (bintang 5) 64,6% dan Residence Bali 55%.

Dengan kondisi bisnis yang masih lesu, PNSE belum berencana ekspansi hingga tahun depan. Perusahaan masih akan fokus mendorong peningkatan okupansi di hotel yang mereka punya. PNSE melanjutkan kegiatan marketing dan bekerjasama dengan event organizer untuk menggelar berbagai acara di hotel perusahaan.

Menurut Ariyo. tantangan bisnis hotel berbintang saat ini semakin tinggi dengan berkembangnya bisnis Airbnb. "Sekarang perkembangan bisnis Airbnb ini semakin berkembang dimana wisatawan lebih memilih tinggal di rumah-rumah yang kamarnya khusus disewakan untuk sebagai tempat penginapan," jelas Ariyo.

Dengan tantangan-tangan tersebut, PNSE menargetkan pendapatan perusahaan tahun ini masih akan flat. Walaupun perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan aset, laba tetap diperkirakan masih akan flat karena di saat yang sama beban operasional juga naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati