JAKARTA. Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk keluar dari pemufakatakan Paris climate change agreement, cukup mengejutkan. Padahal hampir 200 negara telah menandatangani kesepakatan untuk mengurangi kenaikan temperatur bumi dengan mengurangi ketergantungan terhadap high-carbon energy dan minyak bumi, termasuk salah satunya Indonesia. Kebijakan itu tidak saja mengkhawatirkan nasib pencegahan pemanasan global, tapi juga ekspor produk biodiesel Indonesia ke Negeri Paman Sam itu. Ketua Umum Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor mengatakan, dengan keluarnya AS dari konferensi para pihak (COP) ke-22 untuk Perubahan Iklim di bawah payung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), maka negara ini sudah tidak lagi peduli dengan biodiesel. "Mereka akan menggunakan minyak yang mereka miliki semaksimal mungkin tanpa harus mencampurnya lagi dengan biodiesel untuk penurunan emisi," ujar Tumanggor, akhir pekan lalu.
Pukulan bertubi-tubi ekspor biodisel
JAKARTA. Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk keluar dari pemufakatakan Paris climate change agreement, cukup mengejutkan. Padahal hampir 200 negara telah menandatangani kesepakatan untuk mengurangi kenaikan temperatur bumi dengan mengurangi ketergantungan terhadap high-carbon energy dan minyak bumi, termasuk salah satunya Indonesia. Kebijakan itu tidak saja mengkhawatirkan nasib pencegahan pemanasan global, tapi juga ekspor produk biodiesel Indonesia ke Negeri Paman Sam itu. Ketua Umum Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor mengatakan, dengan keluarnya AS dari konferensi para pihak (COP) ke-22 untuk Perubahan Iklim di bawah payung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), maka negara ini sudah tidak lagi peduli dengan biodiesel. "Mereka akan menggunakan minyak yang mereka miliki semaksimal mungkin tanpa harus mencampurnya lagi dengan biodiesel untuk penurunan emisi," ujar Tumanggor, akhir pekan lalu.