Pulang dari Tanah Suci, Sri Mulyani Temui Jokowi Bahas Pelemahan Rupiah



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Usai kembali dari Tanah Suci, Mekkah untuk menjalankan ibadah Haji, Menteri Keuangan Sri Mulyani langsung menghadiri rapat terbatas di Istana Presiden.

Rapat terbatas tersebut juga dihadiri Menko Airlangga Hartarto, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dan Ketua DK OJK Mahendra Siregar serta Ketua DK LPS Purbaya Yudhi Sadewa.

Sri Mulyani mengatakan, rapat terbatas tersebut dilakukan untuk membahas isu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).


Baca Juga: Rupiah Naik Turun, Imbas Gosip Prabowo Naikkan Rasio Utang ke 50% dari PDB

"Dengan kondisi perekonomian Amerika yang membaik dan mata uang dolar AS yang semakin menguat, hampir seluruh mata uang negara di dunia lainnya mengami depresiasi, tak terkecuali rupiah," ujar Sri Mulyani dalam unggahan di instagram pribadinya, Kamis (20/6).

Menkeu menyebut, pemerintah akan terus memantau pergerakan situasi global terkini, khususnya terkait isu nilai tukar rupiah. "Kami juga akan terus mewaspadai berbagai risiko yang timbul sehingga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa kita jaga," katanya.

Nilai tukar rupiah terus mengalami perlemahan. Pada perdagangan Kamis (20/6), kurs rupiah Jisdor tercatat melemah 0,32% ke level Rp 16.420 per dolar AS dari posisi sehari sebelumnya di Rp 16.368 per dolar AS.

Baca Juga: Menko Airlangga soal Pelemahan Rupiah: Kita Monitor Saja

Diberitakan Kontan sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan dari faktor domestik, rupiah cenderung naik turun salah satunya dipicu adanya persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan terkait dengan pemerintahan selanjutnya.

Selain itu, rupiah juga cenderung naik turun disebabkan oleh kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen.

Dari sisi global, pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi dampak tingginya ketidakpastian pasar global, terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan Fed Funds Rate (FFR), penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan masih tingginya ketegangan geopolitik.

Baca Juga: Kurs Rupiah Terus Terpuruk, Impor Bahan Baku Industri Manufaktur Terancam Melambat

Faktor-faktor tersebut, lanjutnya yang membuat kondisi nilai tukar rupiah cenderung naik turun, meski sempat menguat pada level Rp 15.900 per dolar AS, setelah BI menaikkan BI Rate ke level 6,25% pada April 2024.

Akan tetapi, BI meyakini kondisi nilai tukar rupiah pada akhir tahun ini akan cenderung menguat, meski tidak akan berlangsung dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli