JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli barangkali tengah memainkan jurus rajawali ngepret-nya ke banyak pihak. Pasca menyoal megaproyek listrik 35.000 Megawatt (MW), kini Rizal menyentil Perusahaan Listrik Negara (PLN). Rizal menyoal, kewajiban penggunaan token listrik untuk sambungan listrik baru merugikan masyarakat. Sebab, setiap pembelian token pulsa listrik pintar, masyarakat harus membayar biaya administrasi yang besar. Alhasil, ketika masyarakat membeli pulsa listrik Rp 100.000, mereka tak mendapatkan pulsa dengan jumlah yang sama. Dari pembelian pulsa 100.000, masyarakat hanya mendapat listrik Rp 72.000. Berbeda dengan membeli pulsa untuk telepon yang hanya berbeda Rp 1.000 lebih tinggi dari harga yang tertera di voucher. "Kewajiban menggunakan pulsa untuk listrik ini membuat susah masyarakat," ungkap dia, Senin (7/9).
Pulsa token listrik disoal, PLN evaluasi penjualan
JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli barangkali tengah memainkan jurus rajawali ngepret-nya ke banyak pihak. Pasca menyoal megaproyek listrik 35.000 Megawatt (MW), kini Rizal menyentil Perusahaan Listrik Negara (PLN). Rizal menyoal, kewajiban penggunaan token listrik untuk sambungan listrik baru merugikan masyarakat. Sebab, setiap pembelian token pulsa listrik pintar, masyarakat harus membayar biaya administrasi yang besar. Alhasil, ketika masyarakat membeli pulsa listrik Rp 100.000, mereka tak mendapatkan pulsa dengan jumlah yang sama. Dari pembelian pulsa 100.000, masyarakat hanya mendapat listrik Rp 72.000. Berbeda dengan membeli pulsa untuk telepon yang hanya berbeda Rp 1.000 lebih tinggi dari harga yang tertera di voucher. "Kewajiban menggunakan pulsa untuk listrik ini membuat susah masyarakat," ungkap dia, Senin (7/9).