KONTAN.CO.ID - Tentara Israel pada hari Senin (4/3) menyerbu ibu kota administratif Palestina, Ramallah, di Tepi Barat. Dalam operasi ini, seorang remaja berusia 16 tahun dilaporkan terbunuh di sebuah kamp pengungsi. Melansir
Reuters, saksi mata mengatakan bahwa Israel kini telah mengerahkan puluhan kendaraan militer ke kota Ramallah. Ramallah menjadi lokasi markas besar Otoritas Palestina (PA) yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, yang menjalankan pemerintahan mandiri terbatas di sebagian Tepi Barat.
Serangan hari Senin dianggap sebagai serangan terbesar ke kota tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Houthi: Kami Siap Menenggelamkan Lebih Banyak Kapal Inggris Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, pasukan Israel menembak dan membunuh Mustafa Abu Shalbak yang berusia 16 tahun saat menyerbu kamp pengungsi Am'ari. Kantor berita
WAFA di Palestina melaporkan bahwa konfrontasi terjadi ketika pasukan Israel menyerbu kamp tersebut, sampai akhirnya peluru tajam ditembakkan ke arah Abu Shalbak. Tentara Israel juga dilaporkan merusak jalanan utama kamp pengungsi Nur Shams di daerah Tulkarm di Tepi Barat. Sementara itu, militer Israel mengatakan telah terjadi kericuhan antara warga Palestina yang melemparkan batu dan bom molotov dengan tentara Israel yang membalasnya dengan tembakan langsung.
Baca Juga: Militer Israel Meningkatkan Serangan terhadap Hamas di Khan Younis, Gaza Pihak Israel mengklaim mereka melakukan operasi kontra-terorisme selama enam jam di kota tersebut dan menangkap dua tersangka yang dicari serta menyita materi hasutan yang hendak disebarkan oleh Hamas. "Selama operasi tersebut, terjadi kerusuhan yang disertai kekerasan, di mana para tersangka melemparkan batu dan bom molotov ke arah pasukan keamanan Israel, yang membalasnya dengan tembakan tajam. Sebuah serangan teridentifikasi," ungkap militer Israel dalam pernyataannya. Menurut
The Palestine Prisoners Club, tentara Israel menahan setidaknya 55 warga Palestina dalam penggerebekan di Tepi Barat dalam semalam. Kekerasan di Tepi Barat telah meningkat secara signifikan sejak perang di Gaza pecah pada Oktober 2023 lalu. Sedikitnya 400 warga Palestina tewas dalam bentrokan dengan tentara dan pemukim Israel.