Punya banyak landbank, Mardhika Arta Upaya terus Ekspansi di Properti



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mardhika Arta Upaya akan terus melakukan ekspansi bisnis properti di Indonesia. Saat ini, perusahaan ini sedang fokus menyelesaikan pembangunan proyek highrise building pertamanya di dalama negeri yaitu Perkantoran Jakarta Box (JB) Tower di Kebon Sirih Jakarta Pusat.

Setelah menyelesaikan proyek tersebut yang ditargetkan rampung pada kuartal I 2019, perusahaan ini juga akan kembali mengembangkan proyek gedung vertikal di TB Simatupang, Jakarta Selatan. Di sana, mereka memiliki lahan seluas 1,5 hektare (ha). "Belum ditetapkan akan dibangun untuk apa, itu tergantung market, bisa saja apartemen atau perkantoran," kata Edi Susilo, Direktur PT Mardhika Artha Upaya di Jakarta, Sabtu (5/5).

Edi mengatakan, landbank atau lahan cadangan yang dimiliki perusahaan masih cukup besar. Saat ini, perusahaan sudah memiliki tujuh portofolio proyek rumah tapak yang ditersebar di beberapa lokasi di Jabodetabek seperti Depok, Karawaci, Bekasi, dan Tangerang dimana masing-masing proyek juga masih memiliki lahan yang belum dikembangkan.


Di samping itu, mereka juga mempunyai lahan yang sama sekali belum dikembangkan yaitu di Serang 150 ha dan di Bandung Barat seluas 80 ha. "Dua lokasi ini belum dikembangkan dan belum ditetapkan kapan mulai dikembangkan. Pasalnya setelah proyek JB Tower kemungkinan kami akan mengembangkan lahan di Jakarta Selatan dulu," jelas Edi.

Sementara JB Tower telah memasuki tahap topping off atau tutup atap dan ditargetkan akan rampung pada kuartal I 2019. Ini merupakan perkantoran sewa dengan luas area 35.000 meter persegi (m2) yang dibangun di atas lahan 5.816 m2. Sekitar 3.000 m2 dari total area diperuntukkan untuk restoran and retail. Total investasi yang digelontorkan untuk pembangunan proyek ini mencapai Rp 1,1 triliun.

JB Tower dibangun dengan konsep hemat energi di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, ramah lingkungan, dan mengadopsi ornamen budaya Betawi dalam desainnya. "Perkantoran ini ditargetkan akan rampung pada kuartal I 2019 dan bisa beroperasi pada kuartal III," kata

Mardhika Artha Upaya membangun JB Tower bekerjasama dengan Asiawide Group Singapore. Gedung kantor ini dibangun dengan konsep dasar berupa kumpulan box/kotak yang membentuk komposisi menjulang ke atas. Di samping mengusung teknologi canggih ramah lingkungan seperti water conservation dan energy efficiency, JB Tower memiliki desain struktur yang disimulasikan mampu bertahan terhadap gempa berkekuatan hingga 8.5 skala Richter.

Untuk membangun proyek ini, Mardhika Artha Upaya mengandalkan kas internal dan dana perbankan. Perusahaan mendapatkan pinjaman dari bank OCBC senilai Rp 500 miliar untuk membangun perkantoran ini.

Mardhika Artha Upaya telah menunjuk Leads Property untuk mengelola sekaligus sebagai agen tunggal pemasaran JB Tower. Proyek ini akan menyasar perusahaan-perusahaan yang sudah terbiasa beroperasi di daerah Thamrin dan sekitarnya, baik itu perusahaan nasional maupun multinasional, terutama perusahaan yang sangat peduli akan pentingnya penerapan konsep green building.

Adapun harga sewa JB Tower ditawarkan sekitar Rp 300 per m2. Darsono Tan, Direktur Leads Property mengatakan, pihaknya menargetkan okupansi perkantoran ini bisa mencapai 50%-60% saat mulai beroperasi nantinya. "Saat ini kami sudah mendapatkan komitmen sewa 20% dari perusahaan coworking space sekitar 4.000 m2," kata Darsono.

Darsono yakin prospek JB Tower akan bagus ke depan. Meskipun saat ini pasar perkantoran di Jakarta secara umum masih over supplai, namun okupansi perkantoran di bilangan Thamrin dan Kebon Sirih masih cukup bagus karena pasokan baru tidak banyak.

"Walaupun banyak ruang kantor yang tersedia di pasaran, tetapi di kawasan Kebon Sirih sendiri penyerapan ruang kantor cukup tinggi, dimana tingkat huniannya masih berada di atas angka 89%. Sementara di Kuningan dan Sudirman okupnais rata-ratanya masih 81%," jelas Darsono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia