Punya banyak penggemar, frozen food laris manis



Beragam makanan olahan punya banyak penggemar. Peluang masih terbentang lebar mengingat jumlah penduduk yang besar. Anda harus jeli mengemas produk dengan baik untuk mencuil pasar karena persaingan yang ketat. Tertarik?Keterbatasan waktu untuk menyiapkan hidangan bagi keluarga tercinta, menuntut sebagian wanita memilih makanan yang praktis atau gampang dimasak. Namun, makanan itu tetap harus meninggalkan citarasa enak di lidah dan bernilai gizi tinggi. Sebagian ibu pun akhirnya menjatuhkan pilihan pada produk olahan beku atau frozen food.Tak heran, penggemar berbagai makanan olahan, seperti bakso, nugget, siomay dan lainnya, terus bertambah. Maklum, jenis makanan olahan tersebut bisa dikonsumsi untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, bahkan para orang tua usia lanjut. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar pun melambungkan potensi bisnis makanan olahan ini. Kondisi ini juga didukung oleh gaya hidup masyarakat perkotaan yang makin efektif dan efisien. Kegiatan yang makin padat mendorong mereka untuk menyantap makanan jenis ini lantaran mudah dan cepat penyajiannya.  Itulah pula yang mendongkrak bisnis beberapa pengusaha makanan olahan ini. Salimah Food salah satunya. Distributor makanan olahan beku (froozen food) berbahan baku ikan ini mengalami pertumbuhan penjualan yang pesat sejak empat tahun terakhir.Yuli Rustianti, Direktur Marketing PT Salimah Prima Cita, bercerita, saat memulai bisnis ini pada 2008 silam, Salimah baru menjual 750 kantong  (pak) hingga 900 pak berbagai frozen food. Pada tahun 2010, penjualan naik menjadi 5.000 pak hingga 6.000 pak. Pada tahun ini, mereka menargetkan penjualan berkisar 15.000 pak hingga 20.000 pak.Penjualan yang terus melesat ini, Yuli bilang, karena masyarakat menyukai makanan olahan yang praktis, aman, dan mengandung nilai gizi tinggi. “Komitmen kami memang menyajikan makanan yang punya nilai gizi tinggi dan aman dikonsumsi karena tak mengandung pengawet,” jelas Yuli. Ia menjual  beragam produk Salimah Food dengan harga mulai Rp 23.000 setiap 500 gram.Selain berbahan baku ikan, banyak pula produsen yang produk serupa dari daging ayam atau sapi. Seperti Salimah, mereka berhasil mengerek penjualan beberapa tahun terakhir. Salah satunya, Khalila, pemilik Anak Sehat Food. Ia mengakui peningkatan penjualan. “Awalnya, semula kami hanya berbelanja daging ayam 150 kilogram per bulan, kini kami mengolah bahan baku hingga 1,5 ton per bulan,” katanya.Khalila menjual beragam makanan olahan beku, seperti bakso dan nugget. Masing-masing jenis makanan olahan mempunyai beberapa varian. Seperti bakso yang terdiri dari bakso ayam, bakso ikan, dan bakso sapi. Adapun varian nugget terdiri atas  ayam sayur, ayam susu, ayam keju, dan ayam jamur. Semua produk makanan itu dikemas dalam bungkus seberat 250 gram dengan harga berkisar Rp 14.000–Rp 22.000.Pertumbuhan produksi yang cukup tinggi juga dialami oleh Sakana Indo Prima, salah satu produsen makanan olahan beku berbahan ikan. Saefudin, salah satu pemilik Sakana Indo Prima, pun terus mengembangkan kapasitas produksinya untuk memenuhi permintaan.Dari pabrik seluas 250 m²,  kini Sakana telah menempati pabrik seluas 715 m² di Sawangan, Bogor. Jika semula hanya memproduksi 3 ton bahan baku, kini pabrik Sakana mampu mengolah sekitar 100 ton berbagai bahan baku makanan olahan.Dari peningkatan penjualan ataupun ekspansi usaha yang dilakukan para pelaku bisnis makanan olahan ini, boleh dibilang, peluang bagi usaha makanan olahan beku di Indonesia masih besar. “Dari lonjakan penjualan hingga 100% dalam dua bulan ini, boleh dibilang, usaha ini masih bagus peluangnya,” kata Yuli.Apalagi dengan adanya keterbatasan produksi dan transportasi untuk pengiriman, makanan olahan beku ini belum bisa menjangkau kota-kota besar di luar Pulau Jawa. Alhasil, masih terbuka kemungkinan untuk mengembangkan pabrik-pabrik baru di daerah-daerah tersebut.Salimah sendiri baru memasarkan produk mereka di Jawa dan Lampung, melalui sekitar  100 agen. “Padahal, banyak pula konsumen dari kota-kota di Kalimantan yang menanyakan keberadaan produk Salimah di sana,” kata Yuli.Hanya saja, yang perlu diingat, persaingan bisnis makanan olahan lumayan ketat.  Maklum, pemain yang terjun di bisnis ini tak terhitung lagi jumlahnya. Mulai dari skala industri rumahan hingga pemain dari perusahaan besar.Namun, Anda tak perlu ragu. Untuk mencuil pasar yang besar ini, Anda bisa mengemas produk yang berbeda atau mempunyai nilai tambah. Seperti Salimah dan Sakana yang menawarkan olahan seafood tanpa bahan pengawet. Sedang Khalila menawarkan beragam nuget olahan daging ayam dan sapi yang dicampur dengan sayuran. Kedua produk tersebut dipromosikan sebagai makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Deteksi cermat pasokan bahan baku Mereka yang ingin memiliki usaha makanan olahan, disarankan Yuli untuk benar-benar berkomitmen pada usahanya. Terlebih jika dikaitkan dengan pangan yang sehat. Maka, produk yang dihasilkan harus benar-benar bergizi dan aman dikonsumsi.Untuk memulai usaha makanan olahan ini pun sangat fleksibel. Jika Anda masih meraba pasar, Anda bisa memulainya dari skala kecil atau usaha rumahan. Namun, jika Anda memiliki kenyakinan produk akan terserap pasar yang cukup besar, Anda juga bisa mendirikan pabrik yang mengolah hingga puluhan ton makanan beku setiap bulan.Yuli sendiri menyarankan pemain baru untuk terlebih dulu mempelajari pasar makanan olahan, sebelum membikin pabrik berkapasitas besar. Seperti yang dilakukan Salimah saat memulai bisnis ini, yakni dari produksi skala kecil. “Dulu kami mulai dari sewa ruangan. Pengembangan pabrik yang sekarang pun seperti rumah yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu,” tutur Yuli.Lantaran keterbatasan modal, Khalila juga mengawali bisnis ini dari skala rumahan pada 2008 silam. “Kami hanya menggunakan blender dan mesin pencetak nuget,” ujar dia.Setelah pasar mulai terbentuk, ia pun mulai menanam investasi untuk mesin-mesin dan menyewa ruang lebih luas untuk pabrik. “Persiapan dana berkisar Rp 100 juta juta–Rp 150 juta. Biaya paling besar untuk pembelian mesin dan sewa tempat,” jelas dia.Yang tidak kalah penting, daripada menyiapkan modal adalah kejelian membaca sekaligus menjaga selera pasar. “Apa yang diinginkan oleh konsumen harus dijaga dengan benar,” ujar Saefudin.Seperti yang dia lakukan, Saefudin menerangkan, dalam bisnis ini pemain harus menonjolkan keamanan produk (food safety). Selain keamanan, Anda juga harus mempertimbangkan citarasa produk tersebut. Maklum, citarasa mempengaruhi minat konsumen tertarik pada produk Anda. Lantaran pernah mengenyam pengalaman bekerja di produsen makanan olahan asal Jepang, Saefudin tidak kesulitan mendapatkan resep yang pas. Nah, jika belum mempunyai resep, lakukan ujicoba berulangkali, untuk mendapatkan rasa dan kualitas produk yang baik, penting dilakukan.Jangan lupa pula, untuk memenuhi standarisasi halal. “Ini jangan hanya sekadar declare, tetapi harus mendapat sertifikasi dari Majelis Ulama Indonesia,” jelas Saefudin.Selain memenuhi standar food safety dan halal, Sakana Indo Prima juga menerapkan sistem traceability. Sistem ini memungkinkan Anda untuk mendeteksi bahan baku tiap-tiap produk. Maklum, produk makanan rentan terhadap komplain. Alhasil, jika ada komplain dari konsumen, produsen harus bisa menelusuri di mana letak masalah. Apakah di bahan baku atau saat pengolahan. Pasokan bahan baku juga tak boleh luput dari perhatian. Jika sudah berskala pabrik, harus ada kepastian pasokan bahan baku, dengan tingkat kualitas yang sesuai. Bahan baku makanan olahan bisa didapat dari berbagai pemasok, bergantung pada bahan yang digunakan. Sakana Indo Prima yang fokus mengolah bahan baku dari seafood tak kesulitan mendapatkan pasokan tuna dari berbagai daerah di Indonesia Timur.Saefudin berbisik, kepercayaan merupakan kunci sukses untuk mendapatkan pasokan bahan baku secara rutin. Salah satu cara adalah melakukan pembayaran tepat waktu.  “Selain itu, kami selalu membayar langsung setiap pengiriman tuna,” ujar dia.Selain pasokan bahan baku dan pengolahan, perhatian selanjutnya adalah pada pemasar-an. Jalur pemasaran produk makanan olahan bisa langsung ke konsumen, atau menggunakan jasa pihak lain.Sakana Indo Prima menjalin kerjasama dengan beberapa mitra, yang berlaku sebagai distributor,  untuk memasarkan berbagai produk olahan ikan ini.  Selain menjual dengan merek Sakana Food, mereka juga membuat produk untuk mitra, seperti Enjoy Food yang dipasarkan melalui ritel modern.Tak berbeda jauh, Khalila juga menawarkan Anak Sehat Food melalui sistem agen. Kini, mereka sudah memiliki 60 agen yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Solo, Yogyakarta, dan Lampung. Selain itu, Khalila juga menawarkan produknya melalui website dan blog.Supaya produk cepat dikenal pasar, Anda juga harus aktif mengikuti pameran. “Dulu, saya aktif promosi dari kantor ke kantor,” ujar Khalila. Langkah serupa juga dilakukan agennya. Mereka mengisi pameran atau mengunjungi sekolah-sekolah, sesuai dengan segmennya.Siap mengolah?  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi