Punya Porsi Saham Besar, Kunci Kinerja Reksadana Campuran Panin AM Cemerlang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana campuran tengah dihadapkan pada kondisi yang sulit. Pasar saham maupun pasar obligasi sama-sama tengah menghadapi tekanan akibat pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan berbagai bank sentral hingga kekhawatiran akan terjadinya resesi.

Dari sisi kinerja, reksadana campuran sejauh ini juga terlihat masih jauh dari kata optimal. Hal ini terlihat dari Infovesta 90 Balanced Fund Index yang digunakan untuk mengukur rata-rata kinerja reksadana campuran yang sepanjang paruh pertama tahun ini hanya tumbuh 0,85%.

Kendati begitu, beberapa reksadana campuran berhasil mencatatkan kinerja yang lebih baik dari indeks tersebut. Misalnya saja Panin Dana Bersama, produk reksadana campuran milik Panin Asset Management yang berhasil tumbuh 24,22% pada semester I-2022 ini.


Baca Juga: Tips Investasi Reksadana Saham Bagi Pemula

Direktur Panin AM Rudiyanto mengungkapkan, pengelolaan reksadana campuran di Panin AM tidaklah memindahkan alokasi misalnya dari saham ke obligasi maupun sebaliknya berdasarkan situasi. Jadi, pengelolaannya lebih ke berdasarkan komposisinya saja, ada yang porsi sahamnya 30%, 60%, hingga 65%. 

“Kalau untuk Panin Dana Bersama, porsi sahamnya merupakan yang paling besar, yakni 70,69%. Sementara untuk efek obligasi sebesar 7,44%, lalu sisanya sebesar 21,87% di instrumen pasar uang dan kas,” ujar Rudiyanto ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (6/7). 

Adapun, merujuk fund fact sheet Panin Dana Bersama per Juni 2022, 10 efek terbesar di Panin Dana Bersama adalah Deposito Deutsche Bank AG, Obligasi Negara FR0079, saham ADRO, ADMF, PNBN, BRMS, CFIN, JSMR, dan PNLF

Baca Juga: Kocok Ulang Portofolio Investasi, Ini Sektor Saham yang Bisa Dilirik

Ke depan, Rudiyanto melihat kinerja reksadana campuran akan lebih dipengaruhi oleh kondisi pasar saham. Pasalnya, kondisi pasar obligasi dari sisi harga sudah turun cukup dalam sehingga secara valuasi sudah murah.

“Tapi untuk pasar saham, situasi akan bergejolak karena akhir-akhir ini pasar tengah dipengaruhi oleh tingginya inflasi dan kekhawatiran akan suku bunga yang hendak naik lagi,” imbuh Rudiyanto. 

Namun, Rudiyanto masih optimistis dengan potensi pasar saham. Saat ini, pihaknya belum mengubah untuk target wajar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih akan di kisaran 7.500-8.000. Sedangkan untuk kinerja reksadana campuran, pihaknya tidak menetapkan target khusus untuk akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati