KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para emiten menara telekomunikasi nampak belum bisa terlepas dari ketergantungan untuk menarik fasilitas kredit maupun menerbitkan surat utang. Pasalnya, para emiten memerlukan modal jumbo untuk ekspansi. Teranyar, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengantongi fasilitas kredit dari Bank UOB Indonesia sebesar Rp 1,3 triliun untuk kebutuhan modal kerja Protelindo, Iforte dan PT Komet Infra Nusantara. Selang beberapa hari, entitas Grup Djarum ini juga menarik fasilitas kredit dari Bank Mandiri sebesar Rp 1,5 triliun. Dana ini akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja Protelindo dan Iforte.
Wakil Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Adam Gifari menuturkan TOWR memiliki posisi yang baik di pasar obligasi dan punya ruang untuk melakukan negosiasi di perbankan.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Properti yang Punya Hunian Berkonsep TOD "Kami punya kontrak jangka panjang Rp 69,25 triliun dan efisien secara operasional sehingga membuat kreditur nyaman," jelas Adam baru-baru ini. Pada kuartal II-2022 rasio
leverage TOWR berada di level 4,3 kali Net Debt to LQA EBITDA. Adam bilang level tersebut masih akan dipertahankan karena TOWR menggenjot ekspansi organik. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) belum lama juga menerbitkan surat utang baru, yakni Obligasi Berkelanjutan VI Tower Bersama Infrastructure Tahun 2023 dengan nilai Rp 20 triliun. Untuk tahap awal, emiten portofolio PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) ini menerbitkan Obligasi TBIG VI Tahap I sebesar Rp 1,5 triliun. Dana dari obligasi ini akan digunakan untuk pembayaran kewajiban entitas usaha TBIG. Direktur Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso menyampaikan surat uang yang diterbitkan pada Juli 2023 itu tidak akan menarikan rasio pinjaman karena digunakan untuk
refinancing. "Rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA TBIG berada di level 4,5 kali hingga Juni 2023. Level tersebut masih dalam level yang sangat sehat untuk industri menara," katanya kepada Kontan, Rabu (30/8). Ia mengatakan TOWR telah mengantongi tawaran fasilitas kredit dari bank dengan bunga di bawah 6% pada semester II-2023. Namun pihaknya masih melakukan pertimbangan. Memang kenaikan suku bunga menjadi momok bagi fundamental para emiten menara telekomunikasi. Pasalnya, emiten memerlukan modal besar untuk ekspansi. Namun Analyst CGS-CIMB Sekuritas Bob Setiadi mencermati suku bunga sudah berada dalam level puncaknya. Dus, penurunan suku bunga akan menjadi katalis bagi para emiten. Untuk itu, CGS-CMB Sekuritas menyematkan rekomendasi
overweight untuk sektor menara telekomunikasi. Apalagi ada potensi ekspansi
fiber optic masih bisa bertumbuh.
Baca Juga: Saham LPKR Diborong Bos Lippo Karawaci, Valuasi Saham Menarik, Cek Rekomendasi Analis "Suku bunga telah mencapai puncaknya dan masih ada potensi kenaikan dari lini bisnis serat optik," jelas Bob dalam tertanggal 31 Juli 2023. Adapun dari sektor menara telekomunikasi,
top picks CGS-CIMB Sekuritas jatuh pada TOWR dengan target harga Rp 1.475. CGS-CIMB Sekuritas menyematkan rekomendasi
add TOWR.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menilai secara teknikal TOWR menarik untuk dicermati. Investor bisa
buy TOWR dengan
support Rp 975 dan resistance Rp 1.130. Investor juga bisa
buy TBIG dengan
support di Rp 1.965 dan
resistance di Rp 2300. Lalu,
buy on weakness MTEL dengan
support Rp 650 dan
resistance di Rp 800.
Hingga akhir perdagangan Kamis (30/8), TOWR parkir di level Rp Rp 1.050 per saham. Sementara, MTEL berada di harga Rp 735 dan TBIG di posisi Rp 2.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi