Pupuk Indonesia Gaet PLN untuk Pengembangan Amonia Hijau



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama PT PLN (Persero) menandatangani Joint Development Study Agreement (JDSA) atau perjanjian studi pengembangan bersama terkait ekosistem green hydrogen dan green ammonia terintegrasi di kawasan industri PT Pupuk Kujang.

Penandatanganan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan COP28 atau konferensi tingkat tinggi PBB di Dubai, Minggu (3/12).

Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menyebut, arah pengembangan perusahaan ke depan adalah menjadi industri pupuk dan petrokimia global yang terintegrasi. Dengan kapasitas produksi amonia Pupuk Indonesia grup sekitar 7 juta ton per tahun, Pupuk Indonesia berpotensi besar menjadi pemain utama pada industri ini.


“Pupuk Indonesia berpotensi besar menjadi pemain global pada industri green ammonia, terlebih dengan posisi strategis Indonesia yang dapat menjadi hub green hydrogen dan green ammonia,” jelas Rahmad dalam siaran pers yang diterima Kontan, Senin (4/12).

Kerja sama ini, lanjut Rahmad, adalah upaya untuk memperluas kolaborasi pengembangan ekosistem green hydrogen dan green ammonia di Indonesia.

Baca Juga: PLN Teken Empat Kesepakatan Penting di COP 28, Ini Rinciannya

Sebelumnya, Pupuk Indonesia bersama PLN juga berkolaborasi untuk pengembangan Green Industrial Cluster di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Iskandar Muda Indutrial Area (IMIA) di Lhokseumawe Aceh, serta pengembangan green hydrogen dan green ammonia pada kawasan industri Petrokimia Gresik di Jawa Timur.

Rahmad menilai, pengembangan ekosistem industri hijau atau tanpa emisi karbon adalah bentuk implementasi prinsip Enviromental, Social, and Governance (ESG) di Pupuk Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi langkah nyata sesuai peta jalan (roadmap) dekbarbonisasi untuk mendukung target pencapaian nol emisi karbon Pemerintah Indonesia pada tahun 2060.

Pengembangan green hydrogen dan green ammonia menjadi semakin relevan karena kebutuhan clean ammonia untuk energi diprediksi akan meningkat signifikan. Selain itu, keberadaan green ammonia juga dapat mendukung keberlanjutan pasokan bahan baku pupuk. Sebab, amonia adalah bahan baku utama pupuk Urea, NPK, ZA, dan sebagainya.

Lebih lanjut, studi pengembangan green hydrogen dan green ammonia bersama PLN ini akan dilaksanakan dalam dua tahapan. Pertama, studi mencakup produksi green hydrogen pada fasilitas produksi milik PLN untuk kemudian didistribusikan ke fasilitas pabrik green ammonia di kawasan industri Pupuk Kujang.

Selanjutnya, green hydrogen akan dikonversi menjadi green ammonia di fasilitas produksi Pupuk Kujang untuk selanjutnya didistribusikan kembali ke ke fasilitas penyimpanan green ammonia di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN untuk dijadikan bahan bakar co-firing.

Baca Juga: Masdar dan PLN Akan Perbesar Kapasitas PLTS Cirata Tiga Kali Lipat

Pada tahap kedua, terdapat pengembangan fasilitas green hydrogen di lokasi fasilitas produksi green ammonia di Pupuk Kujang yang didukung oleh PLN dengan layanan Renewable Energy Certificate (REC). Berikutnya, pelaksanaan konversi green hydrogen menjadi green ammonia oleh Pupuk Kujang dengan menggunakan fasilitas produksi green ammonia Pupuk Kujang.

Terakhir, pemanfaatan green ammonia untuk kepentingan co-firing PLTU milik PLN dan kebutuhan ekspor.

Kerja sama ini dilakukan dalam rangka mengembangkan energi bersih di Indonesia melalui pengembangan green ammonia menggunakan fasilitas Pupuk Indonesia. 

"Kami berharap joint study ini akan mendorong Indonesia menjadi pelopor pengembangan solusi energi hijau dan mencapai target net-zero emission di 2060," tutup Rahmad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari