KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pupuk Indonesia Group melakukan inovasi pupuk lewat anak usahanya PT Petrokimia Gresik dengan menghadirkan pupuk non subsidi dengan nama Petro ZA Plus dan Phosgreen. Inovasi produk tersebut telah diimplementasikan pada tanaman kentang di Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Dan hasilnya terbukti bisa meningkatkan produktivitas. Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Gusrizal mengatakan bahwa pemanfaatan pupuk non subsidi ini dilakukan pada demplot (demonstration plot) pada budidaya bibit kentang.
Peningkatan produktivitas ini juga diharapkan berdampak positif bagi para petani khususnya di tengah ketidakpastian harga komoditas di pasar. “Pupuk Indonesia Group selalu memberikan inovasi dalam pengembangan produk dan layanan serta berkomitmen untuk meningkatkan kepuasan pelanggan salah satunya melalui penyediaan pupuk non subsidi Phosgreen dan ZA Plus yang mampu meningkatkan produktivitas pertanian khususnya pada tanaman kentang,” kata Gusrizal dalam keterangannya, Rabu (14/9).
Baca Juga: Pupuk Indonesia Hadirkan Aplikasi Rekan untuk Permudah Petani Akses Pupuk di Kios Bentuk inovasi Pupuk Indonesia, dikatakan Gusrizal juga tidak terbatas hanya pada pupuk. Perseroan juga memberikan layanan uji tanah secara gratis kepada petani. Tujuannya, agar para petani mengetahui unsur hara tanah dalam menentukan rekomendasi pemupukan yang tepat sesuai spesifikasi lokasi. Selanjutnya, Pupuk Indonesia Group juga mengimplementasikan sistem digitalisasi dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap customer atau stakeholder dalam hal ini petani. Sistem digital yang diterapkan BUMN sektor pupuk ini antara lain Retail Management System (RMS) atau aplikasi Rekan hingga
Distribution Planning Center System (DPCS). Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo mengungkapkan pupuk non subsidi hasil inovasi ini menjadi alternatif pilihan petani agar tidak melulu bergantung pada pupuk bersubsidi. Pasalnya, pupuk non subsidi Petro ZA Plus dan Phosgreen ini terbukti meningkatkan produktivitas budidaya kentang. Dari hasil demplot, jumlah rata-rata umbi per tanaman kentang sebanyak 26 umbi, dengan bobot sekitar 1,39 kilogram (kg), sehingga estimasi total panen mencapai 30 ton per hektare. Sedangkan, pada budidaya petani sebelumnya hanya diperoleh rata-rata ubi per tanaman seberat 1 kg atau estimasi total panen sekitar 22 ton per hektare. Artinya ada peningkatan produktivitas sekitar 8 ton per hektare.
Baca Juga: Pupuk Indonesia akan Lakukan Pengadaan Mobil Listrik untuk Operasional Perusahaan “Saya berharap budidaya demplot yang telah kita laksanakan selama 3,5 bulan ini dapat diduplikasi oleh petani kentang lain di Kabupaten Karo, maupun petani di Sumatera Utara sehingga manfaat dari produk terbaik Petrokimia Gresik ini dapat menjangkau lebih luas lagi, dan mampu mendorong pertumbuhan perekonomian daerah,” kata Dwi Satriyo Adapun rekomendasi pemupukan pada demplot di lahan seluas 0,2 hektare antara lain Petro ZA Plus (100 kg), Phosgreen (100 kg), NPK Phonska Plus (200 kg), ZK (50 kg) dan Petroganik (400 kg). Petrokimia Gresik dalam demplot ini juga memberikan kawalan untuk pengendalian hama. Petro ZA Plus memiliki kandungan Nitrogen 21%, Sulfur 24%, dan Zinc 1000 ppm. Keunggulan pupuk ini mampu memacu pertumbuhan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah daun dan menjadikan warna daun tampak lebih hijau. Selain itu juga meningkatkan mutu hasil panen dengan memperbaiki warna, aroma, rasa, dan besar buah/umbi, serta menjadikan tanaman lebih tahan terhadap serangan hama atau penyakit.
Baca Juga: Pupuk Kujang Jadi korban Wanaartha Life, Kerugiannya Mencapai Rp 70 Miliar Sedangkan Phosgreen, dilahirkan dengan kandungan Fosfat dan Kalsium masing-masing minimal 20%, serta Magnesium minimal 3% yang berfungsi memacu pertumbuhan akar, pembentukan bunga, serta meningkatkan ketahanan hasil panen sehingga mengurangi penyusutan selama penyimpanan. Phosgreen juga diperkaya dengan tambahan unsur hara Sulfur yang dapat meningkatkan mutu hasil panen. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto