KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Pupuk Indonesia memprediksi dalam 15 tahun ke depan harus menyiapkan dana hingga Rp 120 triliun untuk membangun pabrik pupuk yang efisien. Hal ini sejalan dengan amanat transisi energi di mana industri pupuk sebagai salah satu sektor penyumbang emisi terbesar harus melakukan dekarbonisasi.
Direktur Transformasi Bisnis Pupuk Indonesia, Panji Winanteya Ruky menjelaskan, industri pupuk merupakan emiter gas rumah kaca (GRK) yang besar yakni sebesar 12 juta ton CO2e pertahun karena memproduksi hampir 21 juta ton urea dan ammonia setiap tahunnya.
“Kalau kami memenuhi permintaan pemerintah harus mengurangi 25 juta ton di 2060 ini tantangan besar. Dalam rencana perusahaan kami jangka panjang, dekarbonisasi sudah ada roadmapnya,” ujarnya dalam acara
Tripatra Sustainable Engineering Summit di Jakarta, Jumat (13/10).
Baca Juga: Pupuk Indonesia Butuh 7 GW Listrik Bersih Turunkan Emisi & Produksi Amonia Hijau Adapun target-target dalam rencana itu dapat dilaksanakan dengan berbasis pada satu asumsi, yakni Indonesia memiliki teknologi untuk amonia hijau (green ammonia) yang masif dan terjangkau.
Panji memaparkan untuk memproduksi amonia hijau, biayanya hampir 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan pabrik amonia abu-abu (grey ammonia).
“Kami harus investasi Rp 100 triliun hingga Rp 120 triliun untuk 10-15 tahun ke depan untuk membangun pabrik pupuk yang efisien, tetapi dapat menjaga kapasitas baik dengan revamp replacement, revitalisasi, pabrik pupuk baru, dan lainnya,” ujarnya.
Maka itu, selain teknologi, Panji mengemukakan, finansial Pupuk Indonesia juga harus dipersiapkan matang-matang. Bukan hanya kebutuhan belanja modal saja, tetapi investasi di sisi riset dan pengembangan. Dia menyebut, secara historis, investasi Pupuk Indonesia di bidang riset dan pengembangan masih rendah.
Baca Juga: Pupuk Indonesia akan Bangun Pabrik Pusri-IIIB senilai Rp 10,5 Triliun Dari dana yang sudah ada saat ini, dalam jangka pendek Pupuk Indonesia akan membuat pabriknya semakin efisien dengan menerapkan manufacturing 4.0, revamping, dan sebagainya. Melalui teknologi yang sudah ada saat ini, pihaknya dapat menghemat 5 MMBTU-6 MMBTU gas per ton pupuk yang dihasilkan.
Upaya kedua, Pupuk Indonesia mencampurkan sumber energi terbarukan untuk kebutuhan energi di pabrik, salah satunya dengan biomassa.
Nah dalam jangka waktu dekat pula, Pupuk Indonesia akan membangun pabrik baru urea dengan teknologi terkini. Bahkan disebut-sebut sebagai pabrik dengan emisi terendah.
Baca Juga: Pupuk Non Subsidi Baru Tersedia di 15.600 Kios Resmi Pupuk Indonesia “Kami terakhir membangun pabrik 5-6 tahun lalu, kini kita mau bangun di Pupuk Sriwidjaja Palembang (PSP) tahun depan dan di Papua Barat dua tahun lagi. Jadi ini peluang bagi kami memiliki the most efficient pabrik urea ammonia di Indonesia,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli