Pusat kerajinan kulit andalan Jawa Tengah



Provinsi Jawa Tengah juga punya andalan pusat kerajinan kulit. Di Desa Masin, Kabupaten Batang terdapat puluhan warga yang menyamak kulit, sekaligus menyulapnya menjadi berbagai kerajinan seperti tas, dompet dan ikat pinggang. Dari usaha ini, para perajin bisa meraup omzet puluhan juta dalam sebulan.Jika Jawa Barat punya sentra kerajinan kulit andalan di Cibaduyut, maka warga Jawa Tengah pun punya sentra serupa. Lokasinya di Desa Masin, Kabupaten Batang. Warga desa tersebut sudah puluhan tahun mengandalkan industri penyamakan dan kerajinan kulit untuk menyambung hidup mereka.

Pusat kerajinan kulit itu berada persis di seberang Balai Desa Masin, Kabupaten Batang. Desa ini terletak sekitar 8 kilometer dari jalur pantai utara Semarang-Surabaya. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kota Pekalongan dari arah selatan. Jika sudah mendapati Pasar Grogolan, hanya butuh waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke lokasi sentra itu.

Suasana masih tampak lengang ketika KONTAN menyambangi sentra kerajinan kulit di Desa Masin. Musthofa, salah satu pengrajin kulit, menuturkan, awalnya pada 1956, Desa Masin terkenal dengan kegiatan penyamakan kulit sapi. Kala itu, hanya ada sekitar tiga orang yang menjadi penyamak kulit.


Melihat potensi yang besar dari bisnis penyamakan kulit, banyak warga yang kemudian menjadi penyamak. Seiring waktu, bermunculan pula para perajin kulit di desa tersebut. Demi mengembangkan para perajin itu, dibentuklah koperasi perajin kulit di Desa Masin pada 1962.

Kata Muthofa, kerajinan kulit semakin berkembang. Hingga puncaknya, pada 2008, Bappeda Kabupaten Batang mendirikan Kluster Kulit. Saban tahun, pemerintah daerah membuat anggaran untuk memfasilitasi kegiatan perajin dan penyamak kulit di Desa Masin. “Ada sekitar 7 penyamak kulit dan 12 pengrajin kulit di sentra ini," ujar pria yang menjadi Ketua Kluster Kulit sampai saat ini.

Muthofa sendiri sudah terjun ke bisnis penyamakan kulit sejak 1980. Ia mewarisi bisnis keluarga. Ketika terlibat langsung, pemilik Toko Sinar Abadi ini pun berekspansi dengan ikut memproduksi kerajinan kulit sejak 2008.

Dalam sebulan, ia bisa menyamak hingga 6,5 ton kulit sapi. Dari total produksi, hanya 3,2 ton yang bisa dipakai untuk kerajinan. Tiap kilogram kulit, ia banderol sekitar Rp 83.000-Rp 93.000.

Selain itu, Musthofa juga menjual kerajinan kulit, seperti ikat pinggang, tas, dan dompet. Produk ini dijual mulai dari Rp 60.000-Rp 125.000 per unit. Produksi kerajinan kulit Musthofa mencapai 200 unit per bulan. Jika ditotal, Musthofa bisa mengantongi omzet hingga Rp 300 juta tiap bulan.

Berbeda dengan Musthofa, Zubaidi hanya memproduksi kerajinan kulit. Setiap bulan ia membeli bahan baku kulit dari para penyamak di Desa Masin. Kemudian, ia menyulap kulit tersebut menjadi ikat pinggang, sepatu, sandal, dan tas. Beragam produk itu dibanderol Rp 75.000-Rp 250.000 per unit.

Dalam sebulan, Pemilik Toko Karya Remaja ini bisa menjual 500 unit kerajinan kulit. Omzetnya bisa mencapai Rp 50 juta sebulan. Zubaidi sudah menggeluti usaha kerajinan kulit sejak 1990-an.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa