Putin Akui Ada Kesalahan dalam Perekrutan untuk Mobilisasi Perang Rusia di Ukraina



KONTAN.CO.ID - Presiden Vladimir Putin mengatakan, semua kesalahan yang terjadi dalam proses perekrutan untuk memperkuat operasi militer Rusia di Ukraina harus diperbaiki, pengakuan publik pertamanya yang menunjukkan mobilisasi parsial tidak berjalan mulus.

Ada ekspresi ketidakpuasan publik yang meluas dari pejabat dan warga Rusia atas cara perekrutan mobilisasi, termasuk keluhan tentang petugas pendaftaran yang mengirimkan surat panggilan kepada orang-orang yang jelas-jelas tidak memenuhi syarat.

Ribuan orang telah melarikan diri dari Rusia untuk menghindari wajib militer yang mendaftarkan mereka yang memiliki pengalaman militer dan spesialisasi yang dibutuhkan. Tapi, seringkali tidak memperhatikan catatan individu, kesehatan, status pelajar, bahkan usia.


Lebih dari 2.400 orang juga telah ditangkap dalam protes anti-perang di lebih dari 30 kota besar dan kecil di Rusia, organisasi OVD-Info mengungkapkan. Dan, beberapa dari mereka mendapat surat panggilan mobilisasi, sesuatu yang menurut Kremlin benar-benar legal.

Baca Juga: Putin: Sebagai Bagian dari Mobilisasi Parsial, Petani juga Direkrut

"Dalam perjalanan mobilisasi ini, banyak pertanyaan yang muncul, dan semua kesalahan harus diperbaiki dan dicegah agar tidak terjadi di masa depan," kata Putin, Kamis (29/9), seperti dikutip Al Jazeera.

"Misalnya, saya memikirkan ayah dari banyak anak, atau orang yang menderita penyakit kronis, atau mereka yang sudah melewati usia wajib militer," ungkap Presiden Rusia.

Pengumuman Putin pada 21 September lalu tentang mobilisasi pertamanya sejak Perang Dunia II bahkan telah menarik kritik dari pendukung resmi Kremlin sendiri, sesuatu yang hampir tidak pernah terdengar di Rusia sejak mengirim pasukan ke Ukraina tujuh bulan lalu.

"Mereka membuat orang marah, seolah-olah sengaja, seolah-olah karena dendam. Seolah-olah mereka dikirim oleh Kyiv," kata editor RT milik Pemerintah Rusia, Margarita Simonyan, yang sangat pro-Kremlin, seperti dilansir Al Jazeera.

Editor: S.S. Kurniawan