Putin Lakukan Perjalanan Perdana ke Luar Negeri Sejak Invasi Ukraina



KONTAN.CO.ID -  LONDON. Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi dua negara kecil bekas Soviet di Asia Tengah pekan ini, televisi pemerintah Rusia melaporkan pada Minggu. Ini menjadi perjalanan pertama pemimpin Rusia itu ke luar negeri sejak memerintahkan invasi ke Ukraina.

Invasi Rusia pada 24 Februari telah menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan menyebabkan sanksi keuangan yang berat dari Barat, yang menurut Putin adalah alasan untuk membangun hubungan perdagangan yang lebih kuat dengan kekuatan lain seperti China, India dan Iran.

Pavel Zarubin, koresponden Kremlin dari stasiun televisi pemerintah Rossiya 1, mengatakan bahwa Putin akan mengunjungi Tajikistan dan Turkmenistan dan kemudian bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo untuk melakukan pembicaraan di Moskow.


Di Dushanbe, Putin akan bertemu Presiden Tajik Imomali Rakhmon, sekutu dekat Rusia dan penguasa terlama di bekas negara Soviet. Di Ashgabat, dia akan menghadiri pertemuan puncak negara-negara Kaspia termasuk para pemimpin Azerbaijan, Kazakhstan, Iran dan Turkmenistan, kata Zarubin.

Baca Juga: Intelijen Inggris Sebut Perang di Ukraina Telan Korban Hingga 20.000 Tentara Rusia

Putin juga berencana mengunjungi kota Belarusia Grodno pada 30 Juni dan 1 Juli untuk mengambil bagian dalam sebuah forum dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, kantor berita RIA mengutip Valentina Matviyenko, ketua majelis tinggi parlemen Rusia, mengatakan kepada televisi Belarusia pada hari Minggu.

Perjalanan terakhir Putin yang diketahui di luar Rusia adalah kunjungan ke Beijing pada awal Februari, di mana ia dan Presiden China Xi Jinping meluncurkan perjanjian persahabatan "tanpa batas" beberapa jam sebelum keduanya menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin.

Rusia mengatakan telah mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari untuk menurunkan kemampuan militer tetangganya, mencegahnya digunakan oleh Barat untuk mengancam Rusia, membasmi nasionalis, dan membela penutur bahasa Rusia di wilayah timur. Ukraina menyebut invasi tersebut sebagai perampasan tanah bergaya kekaisaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli