Putin: Obama harus buktikan senjata kimia Suriah



VLADIVOSTOK. Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menunjukkan bukti kepada dunia jika benar rezim Suriah menggunakan senjata kimia.

Menurut Putin, bukti tersebut harus disampaikan Obama kepada Dewan Keamanan PBB jika pasukan Presiden Bashar al-Assad memiliki senjata kimia dan meluncurkan serangan.

"Saya yakin bahwa itu (serangan kimia) tidak lebih dari provokasi mereka yang ingin menyeret negara-negara lain dalam konflik Suriah, dan ingin mendapatkan dukungan kuat dari anggota di dunia internasional, khususnya Amerika Serikat," kata Putin usai AS merilis laporan intelijen terkait kepemilikan senjata kimia rezim al-Assad, Sabtu (31/8). Dia menolak penyadapan AS atas komunikasi pemimpin di Suriah bisa dijadikan sebagai alat bukti. “Komunikasi tersebut tidak dapat digunakan untuk mengambil keputusan dasar atas kekuatan yang digunakan militer Suriah,” tegas Putin. Putin menegaskan, Barack Obama sebagai pemenang Nobel Perdamaian, harus mengingat serangan militer AS itu akan memiliki dampak besar terhadap warga sipil Suriah. Karena itu, Putin meminta negara ‘polisi dunia’ itu tetap tenang dan berharap Obama berpikir cermat sebelum mengambil keputusan perang di Suriah.


"Rusia menyerukan pemikiran yang bijak dan tepat sebelum mengambil keputusan tentang operasi milter di Suriah," katanya.

Dalam komentar pertamanya soal krisis Suriah sejak menolak mosi untuk menyetujui penyelidikan kemanusiaan di sana, Putin menyebut penolakan Inggris untuk mengambil bagian dalam aksi militer di Suriah.

"Ini menunjukkan, bahwa meskipun Inggris adalah sekutu Amerika yang paling penting di mana saja di dunia, tetapi masih ada orang di Inggris yang dipandu oleh kepentingan nasional mereka dan akal sehat serta nilai kedaulatan Suriah, " katanya.

Putin menambahkan, tekanan pemerintah Suriah terhadap para pemberontaknya telah dijadikan kartu truf bagi mereka yang terus-menerus menyerukan intervensi militer asing.

"Ini tidak sesuai dengan logika sama sekali, terutama saat pengamat PBB tiba di Suriah. Ini hanya ucapan omong kosong (penggunaan senjata kimia),” tegas Putin saat konferensi pers di Vladivostok.

Meskipun dukungan Putin sangat kuat bagi pemerintah Bashar al-Assad, hingga kini ia tetap tenang melihat prospek terjadinya serangan terhadap pasukan pemerintah Suriah. Dalam beberapa hari terakhir, Putin lebih memilih ‘tur’ ke beberapa daerah di Timur jauh Rusia yang terkena bencana banjir dan meninggalkan kutukan rencana Washington untuk menghukum Assad atas penggunaan senjata kimia. Putin mengklaim, dirinya tidak memiliki kontak dengan Presiden Obama mengenai Suriah sejak dugaan serangan senjata kimia muncul pada 21 Agustus lalu. Putin mengaku, ia terakhir berbicara dengan Obama tentang Suriah pada pertemuan puncak G8 di Lough Erne pada bulan Juni lalu, di mana mereka sepakat untuk bekerja sama membawa pembicaraan damai Suriah di Jenewa.

"Tetapi aku tidak ada diskusi dengan Presiden Amerika tentang hal itu baru-baru ini. Tentu saja tidak (ada pembicaraan dengan Obama) soal tuduhan terbaru mereka atas penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah," ungkap Putin.

Ekspor senjata ke Suriah

Pernyataan Putin tersebut sekaligus membantah laporan tentang informasi yang menyebutkan bahwa Rusia telah meningkatkan pasokan senjata ke Damaskus dalam beberapa bulan terakhir . Rusia telah berulang kali menyatakan akan menghormati kesepakatan kontrak senjata dengan pemerintah Suriah selama tidak ada embargo senjata resmi dari Dewan Keamanan PBB .

Sabtu kemarin (31/8), juru bicara Rosoboronexport (perusahaan eksportir senjata Rusia) mengatakan kepada surat kabar Rusia, Kommersant, bahwa Pemerintah Suriah telah mengalami kesulitan pembayaran.

Itu artinya, kontrak resmi ekspor senjata Rusia ke Suriah hanya akan terpenuhi dan pengiriman benar-benar bisa dimasukkan kembali, setelah dua sampai tiga tahun ke depan.

Menurut sumber tersebut, pengiriman pertama dari 12 unit MiG-29 jenis fighter ke Suriah yang diharapkan dikirim pada tahun ini, akan diundur pada 2016 mendatang. Harian Kommersant menyebutkan, kontrak untuk pengiriman Rudal S-300 ke Suriah pada kuartal pertama tahun depan sudah ”basi” akibat kegagalan pemerintah Suriah memenuhi jadwal pembayaran. Berita tersebut menjadi kontradiksi atas laporan yang menyatakan bahwa Presiden Putin mencabut pembekuan sementara atas ekspor senjata ke Suriah. Hal ini setelah Rusia melakukan perundingan dengan Amerika tentang perdamaian Suriah di Jenewa. Sebuah penyelidikan yang dipublikan Reuters pada Jumat (30/8) mengutip sumber industri pertahanan Rusia mengatakan, Suriah sudah melakukan pembayaran setidaknya 20% dari hampir US$ 1 miliar untuk kontrak pembelian empat unit Rudal S-300.

Editor: Dikky Setiawan