KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vladimir Putin telah meningkatkan retorika nuklirnya dengan menyatakan kepada sekelompok pejabat senior bahwa Rusia akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir jika diserang oleh negara mana pun dengan senjata konvensional. Pernyataan ini muncul pada hari Rabu selama pertemuan dengan dewan keamanan Rusia, di mana ia juga mengumumkan perubahan pada doktrin nuklir negara tersebut.
Ancaman Terhadap Barat dan Ukraina
Pernyataan Putin menjadi peringatan paling kuat yang diberikan Rusia kepada Barat terkait dengan potensi serangan Ukraina ke dalam wilayah Rusia menggunakan misil jarak jauh yang disuplai oleh Barat.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah meminta izin selama berbulan-bulan untuk menggunakan misil Storm Shadow buatan Inggris dan misil Atacms buatan AS untuk menyerang target yang lebih dalam di dalam Rusia.
Baca Juga: Putin akan Angkat Bicara Soal Pencegahan Nuklir, Ketegangan dengan Ukraina Memanas Putin menegaskan bahwa Rusia akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir jika Moskow menerima "informasi yang dapat diandalkan" tentang dimulainya peluncuran besar-besaran misil, pesawat, atau drone yang menyerang. Ia juga memperingatkan bahwa kekuatan nuklir yang mendukung serangan negara lain terhadap Rusia akan dianggap sebagai peserta dalam agresi, memberikan ancaman yang terselubung kepada Barat saat para pemimpin asing terus mempertimbangkan apakah akan mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh.
Penyesuaian Doktrin Nuklir
Putin menyatakan bahwa klarifikasi yang diberikan adalah hasil dari penilaian yang cermat dan sesuai dengan ancaman militer modern yang dihadapi Rusia. “Kami melihat situasi militer dan politik modern yang berubah dengan cepat, dan kami harus mempertimbangkan ini, termasuk munculnya sumber ancaman dan risiko militer baru bagi Rusia dan sekutunya,” ujarnya. Pejabat utama Zelenskyy, Andriy Yermak, dengan tegas menolak doktrin nuklir baru tersebut, menyatakan, “Rusia tidak memiliki instrumen untuk mengintimidasi dunia kecuali melalui pemerasan nuklir. Instrumen ini tidak akan berhasil.”
Baca Juga: Intelijen: Rusia Miliki Proyek Drone Perang Rahasia di China Beberapa pengamat kebijakan luar negeri yang berpengaruh sebelumnya telah mendesak Putin untuk mengadopsi sikap nuklir yang lebih tegas terhadap Barat, menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir untuk mencegah Barat memberikan dukungan militer yang lebih langsung kepada Ukraina. Doktrin saat ini ditetapkan oleh Putin pada Juni 2020 dalam sebuah dekret enam halaman. Di awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, Putin sering kali menyebut arsenal nuklir Moskow yang terbesar di dunia, berulang kali berjanji untuk menggunakan semua cara yang diperlukan untuk membela Rusia. Meskipun ia kemudian tampak memoderasi retorikanya, pejabat yang dekat dengan presiden Rusia belakangan ini memperingatkan negara-negara NATO bahwa mereka berisiko memprovokasi perang nuklir jika mereka memberi lampu hijau kepada Ukraina untuk menggunakan senjata jarak jauh.
Implikasi Geopolitik dan Respon Internasional
Pernyataan Putin juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat mengenai potensi eskalasi konflik yang lebih lanjut. Dengan meningkatkan ancaman penggunaan senjata nuklir, Putin berusaha untuk mengubah dinamika negosiasi dan mengintimidasi negara-negara yang mendukung Ukraina.
Baca Juga: Rusia Tak Akan Uji Coba Senjata Nuklir dengan 1 Syarat Ini Sementara itu, respon dari negara-negara Barat dan Ukraina sangat penting untuk menentukan arah konflik ini. Komitmen untuk memberikan dukungan militer kepada Ukraina mungkin akan diuji oleh retorika dan tindakan agresif Rusia. Putin juga telah mengingatkan bahwa jika Barat memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata jarak jauh, itu berarti Barat secara langsung berperang dengan Rusia, dan Rusia akan dipaksa untuk mengambil "keputusan yang tepat," tanpa menjelaskan langkah-langkah apa yang bisa diambil.
Editor: Handoyo .