Putin Pertimbangkan Pembatasan Ekspor Uranium, Titanium, dan Nikel



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan bahwa pemerintah Rusia tengah mempertimbangkan pembatasan ekspor uranium, titanium, dan nikel sebagai langkah balasan terhadap negara-negara Barat.

Hal ini disampaikan Putin pada Rabu dalam pertemuan dengan para menteri yang disiarkan di televisi.

Putin menjelaskan bahwa pembatasan tersebut juga dapat diberlakukan terhadap komoditas lain, mengingat Rusia merupakan produsen utama gas alam, berlian, dan emas. Namun, ia menekankan bahwa tindakan tersebut tidak harus segera dilakukan dan tidak boleh merugikan kepentingan Rusia sendiri.


Baca Juga: Rusia Peringatkan Barat Terkait Pasokan Rudal Jarak Jauh ke Ukraina

"Kita perlu mengevaluasi beberapa komoditas yang kita ekspor ke pasar global, seperti uranium, titanium, dan nikel. Namun, kita tidak boleh mengambil langkah yang dapat merugikan negara kita," ujar Putin kepada Perdana Menteri Mikhail Mishustin.

Rusia diketahui sebagai produsen uranium terbesar keempat di dunia, menurut Asosiasi Nuklir Dunia. Pada 2023, Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi importir utama uranium Rusia, diikuti oleh Korea Selatan, Prancis, Kazakhstan, dan Jerman. 

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah menandatangani undang-undang yang melarang impor uranium yang diperkaya dari Rusia, yang bernilai sekitar US$ 1 miliar per tahun.

Baca Juga: AS Peringatkan Konsekuensi yang Bakal Dialami Iran Jika Kirim Rudal ke Rusia

Selain itu, Rusia juga merupakan produsen spons titanium terbesar ketiga di dunia, meskipun cadangan mineral titanium di negara tersebut relatif rendah. Titanium banyak digunakan di industri kedirgantaraan, kelautan, dan otomotif.

Perusahaan tambang Rusia, Nornickel, yang merupakan produsen nikel olahan terbesar di dunia, juga terkena dampak sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat pada beberapa anak perusahaannya, termasuk proyek tembaga dan emas Bystrinsky yang dikendalikan oleh Nornickel.

Editor: Noverius Laoli