KONTAN.CO.ID - KYIV. Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu (9/10/2022) menuding Ukraina mengatur ledakan kuat yang merusak jembatan utama yang menghubungkan Rusia dan Krimea sehari sebelumnya. Putin menggambarkan ledakan tersebut sebagai tindakan terorisme. "Tidak diragukan lagi. Ini adalah tindakan terorisme yang bertujuan menghancurkan infrastruktur sipil yang sangat penting," kata Putin dalam sebuah video di saluran Telegram Kremlin. Dia menambahkan, "Ini dirancang, dilakukan dan diperintahkan oleh layanan khusus Ukraina."
Mengutip
Reuters, pernyataannya muncul setelah serangan rudal Rusia pada Minggu pagi menghantam sebuah blok apartemen dan bangunan tempat tinggal lainnya di kota tenggara Ukraina Zaporizhzhia. Menurut pejabat Ukraina, aksi tersebut menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai 89 lainnya. Serangan sebelum fajar adalah serangan kedua terhadap kota itu dalam tiga hari. Putin bertemu Alexander Bastrykin, kepala Komite Investigasi Rusia, yang mempresentasikan temuan penyelidikan atas apa yang dia katakan sebagai ledakan kendaraan hari Sabtu dan kebakaran di jembatan Krimea. Ledakan di jembatan di atas Selat Kerch, rute pasokan utama bagi pasukan Moskow di Ukraina selatan, telah memicu pesan gembira dari pejabat Ukraina pada hari Sabtu. Tetapi tidak ada klaim siapa pihak yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Baca Juga: Biden Berupaya Cari Kelemahan Putin Demi Cegah Perang Nuklir Jembatan ini juga merupakan arteri utama untuk pelabuhan Sevastopol, di mana armada Laut Hitam Rusia bermarkas. Berbicara di depan kamera, Bastrykin mengatakan para penyelidik telah menetapkan rute yang dilalui kendaraan itu dan orang-orang yang terlibat dalam pergerakannya. Dia mengatakan bahwa kendaraan tersebut telah melalui Bulgaria, Georgia, Armenia, Ossetia Selatan dan wilayah Krasnodar Rusia sebelum tiba di jembatan. Kerusakan pada jembatan itu, yang telah menjadi simbol mengesankan aneksasi Rusia atas semenanjung Krimea, terjadi di tengah kekalahan medan perang bagi Rusia. Gambar yang didapat Reuters menunjukkan, setengah jalan jembatan hancur, dan setengah jalan lainnya masih terpasang. Mengingatkan saja, Rusia merebut Krimea dari Ukraina pada 2014 dan jembatan sepanjang 19 km yang menghubungkan wilayah itu dengan jaringan transportasinya dibuka dengan meriah empat tahun kemudian oleh Putin.
Baca Juga: Kalah Lawan Ukraina, Menteri Pertahanan Rusia Diminta Tembak Dirinya Sendiri Gubernur Rusia Krimea, Sergei Aksyonov, mengatakan kepada wartawan, bahwa warga akan tetap bertahan meski jembatan itu rusak. "Tentu saja emosi telah terpicu dan ada keinginan yang kuat untuk membalas dendam," katanya. Aksyonov mengatakan Krimea memiliki bahan bakar untuk sebulan dan makanan untuk dua bulan. Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pada hari Sabtu bahwa pasukannya di Ukraina selatan dapat "dipasok sepenuhnya" melalui rute darat dan laut yang ada.
Gedung Putih pada hari Minggu menolak berkomentar langsung tentang ledakan Jembatan Krimea. Akan tetapi, Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat akan terus mempersenjatai Ukraina. Kyiv menuntut agar pasukan Rusia meninggalkan semenanjung Laut Hitam, serta wilayah Ukraina yang mereka rebut dalam invasi yang diluncurkan Putin pada Februari. Menurut seorang juru bicara militer, Minggu, Ukraina telah merebut kembali lebih dari 1.170 kilometer persegi tanah di wilayah selatan Kherson sejak melancarkan serangan balik terhadap Rusia pada akhir Agustus. Ukraina mencapai kesuksesan kilat dengan serangannya di timur laut, tetapi upayanya di selatan untuk menghapus pijakan Rusia di tepi barat sungai Dnipro yang luas kurang cepat.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie