KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Polisi Rusia dilaporkan telah menangkap ratusan pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang keputusan Kremlin untuk memanggil ribuan pasukan cadangan untuk berperang di Ukraina. Kelompok hak asasi manusia Rusia OVD-Info mengatakan total lebih dari 1.300 orang telah ditahan. Jumlah terbesar yang ditangkap berada di St Petersburg dan Moskow. Melansir
BBC, ratusan orang ditahan di Irkutsk dan kota-kota Siberia lainnya, serta Yekaterinburg.
Penerbangan dari Rusia terjual habis dengan cepat setelah pengumuman Vladimir Putin. Gambar di media sosial menunjukkan antrean panjang di pos perbatasan. Sementara di Google, pencarian "bagaimana cara meninggalkan Rusia" meroket. Presiden Rusia memerintahkan mobilisasi parsial, yang berarti sekitar 300.000 tentara cadangan - tetapi bukan wajib militer - akan direkrut untuk mendukung pasukan Rusia yang telah mengalami kekalahan di medan perang baru-baru ini di Ukraina. Langkah itu dilakukan sehari setelah wilayah pendudukan Ukraina mengumumkan referendum cepat untuk bergabung dengan Rusia.
Baca Juga: Prediksi Suram Sekjen NATO: Mobilisasi Rusia Bakal Menelan Lebih Banyak Korban Jiwa Dan dalam sambutannya yang dikutuk oleh Ukraina dan sekutunya, Putin menekankan bahwa dia akan menggunakan "semua cara yang tersedia" untuk melindungi wilayah Rusia. Pernyataan itu menyiratkan bahwa Rusia dapat melibatkan senjata nuklir.
Peringatan keras untuk pengunjuk rasa
BBC melaporkan, Kantor kejaksaan Moskow pada hari Rabu memperingatkan bahwa seruan di internet untuk bergabung dengan aksi protes jalanan yang tidak sah, atau berpartisipasi di dalamnya, dapat dikenakan hukuman hingga 15 tahun penjara. Mereka dapat dituntut di bawah undang-undang yang melarang mendiskreditkan angkatan bersenjata, menyebarkan "berita palsu" tentang operasi militer Rusia di Ukraina, atau mendorong anak di bawah umur untuk melakukan aksi protes. Hukuman keras Rusia karena menyebarkan "disinformasi" tentang perang Ukraina dan pelecehan polisi terhadap aktivis anti-Putin telah membuat protes anti-perang publik jarang terjadi. Tetapi kelompok oposisi anti-perang Vesna menyerukan aksi protes yang lebih luas. Di Telegram dilaporkan banyak terjadi penangkapan di seluruh Rusia. Sebuah klip video dari Yekaterinburg menunjukkan polisi dengan kasar memasukkan pengunjuk rasa ke dalam bus. Vesna menyebut aksinya "katakan tidak untuk mogilisasi". Ini merupakan permainan kata-kata, karena "mogila" dalam bahasa Rusia berarti kuburan. Pavel Chikov, seorang pengacara untuk kelompok hak asasi manusia Rusia Agora, mengatakan Agora telah menerima 6.000 pertanyaan secara hotline sejak Selasa pagi, dari Rusia yang menginginkan informasi tentang hak-hak tentara. Sementara itu, penerbangan ke tujuan-tujuan populer seperti Istanbul di Turki dan Yerevan di Armenia melonjak, dan harga kursi yang tersisa meroket.
Associated Press melaporkan, harga penerbangan dari Moskow ke Istanbul atau Dubai mencapai 9.200 euro (US$ 9.119) untuk tarif kelas ekonomi sekali jalan menyusul pengumuman Putin.
Baca Juga: Moskow: Senjata Nuklir Bisa Digunakan untuk Pertahankan Wilayah Rusia di Ukraina Sebelumnya diberitakan, Rusia akan mengirim 300.000 tentara cadangan untuk mendukung kampanye militernya di Ukraina. Hal tersebut diungkapkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu pada Rabu (21/9/2022) dalam sambutan yang disiarkan televisi. Melansir
Reuters, dalam pembaruan pertama Moskow tentang jumlah korban dalam hampir enam bulan berlangsungnya perang, Shoigu mengatakan 5.937 tentara Rusia telah tewas sejak awal konflik.
Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua dalam pidato televisi, dengan mengatakan bahwa tenaga tambahan diperlukan untuk memenangkan perang tidak hanya melawan Ukraina tetapi juga para pendukung Baratnya. Shoigu menepis pernyataan Kyiv dan Barat bahwa Rusia telah menderita kerugian besar dalam konflik tujuh bulan, dan mengatakan 90% tentara Rusia yang terluka telah kembali ke garis depan. Ini adalah pertama kalinya Rusia memberikan angka kematian resmi sejak 25 Maret, ketika dikatakan 1.351 prajurit tewas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie