BAHRAIN. Situasi politik di Libya kian memanas. Apalagi setelah putra Muammar Kadhafi menyerukan agar para demonstran berdialog dengan pemerintah atau perang sipil bakal pecah. Hal itu dia ungkapkan dalam wawancara di salah satu televisi swasta."Meski sudah 84 orang tewas, jumlah itu akan terus bertambah hingga mencapai ratusan bahkan ribuan. Lautan darah akan menggenang," jelas Saif al Islam Kadhafi. Dia juga bilang, pihak militer Libya melakukan kesalahan dalam mengatasi aksi demonstrasi antipemerintah. Namun, kesalahan juga dibuat para demonstran dengan mengambil alih peralatan militer. Sementara itu, Human Rigts Watch merilis data yang mengejutkan. Kelompok pejuang hak asasi manusia yang berbasis di New York ini bilang, jumlah demonstran yang tewas sudah mencapai 200 jiwa. Seperti yang diketahui, gelombang aksi unjuk rasa yang terjadi di Libya mengikuti kejadian serupa di Tunisia dan Mesir. Di kedua negara itu, pihak militer berperan penting dalam lengsernya dua pimpinan tertinggi negara.Terkait hal itu, Kadhafi bilang, militer Libya tidak bisa disamakan dengan dua negara Arab itu. "Militer harus bisa menciptakan perdamaian dan mengembalikan situasi normal kembali, berapa pun harga yang harus dibayar," jelas Kadhafi. Pada saat yang bersamaan, pemimpin yang sudah berkuasa selama 41 tahun itu menawarkan dialog dengan pihak oposisi. Namun, jika oposisi menolak, maka akan terjadi perang sipil.Bagaimana jika perang sipil pecah? "Ekspor minyak akan berhenti dan perusahaan asing harus hengkang dari Libya," jelasnya. Pernyataan Kadhafi itu membuat harga minyak kembali menanjak. Pada pukul 09.20 waktu Tokyo, harga minyak pengantaran Maret naik 1,3% menjadi US$ 87,34 sebarel.
Putra Kadhafi peringatkan perang sipil bisa meletus
BAHRAIN. Situasi politik di Libya kian memanas. Apalagi setelah putra Muammar Kadhafi menyerukan agar para demonstran berdialog dengan pemerintah atau perang sipil bakal pecah. Hal itu dia ungkapkan dalam wawancara di salah satu televisi swasta."Meski sudah 84 orang tewas, jumlah itu akan terus bertambah hingga mencapai ratusan bahkan ribuan. Lautan darah akan menggenang," jelas Saif al Islam Kadhafi. Dia juga bilang, pihak militer Libya melakukan kesalahan dalam mengatasi aksi demonstrasi antipemerintah. Namun, kesalahan juga dibuat para demonstran dengan mengambil alih peralatan militer. Sementara itu, Human Rigts Watch merilis data yang mengejutkan. Kelompok pejuang hak asasi manusia yang berbasis di New York ini bilang, jumlah demonstran yang tewas sudah mencapai 200 jiwa. Seperti yang diketahui, gelombang aksi unjuk rasa yang terjadi di Libya mengikuti kejadian serupa di Tunisia dan Mesir. Di kedua negara itu, pihak militer berperan penting dalam lengsernya dua pimpinan tertinggi negara.Terkait hal itu, Kadhafi bilang, militer Libya tidak bisa disamakan dengan dua negara Arab itu. "Militer harus bisa menciptakan perdamaian dan mengembalikan situasi normal kembali, berapa pun harga yang harus dibayar," jelas Kadhafi. Pada saat yang bersamaan, pemimpin yang sudah berkuasa selama 41 tahun itu menawarkan dialog dengan pihak oposisi. Namun, jika oposisi menolak, maka akan terjadi perang sipil.Bagaimana jika perang sipil pecah? "Ekspor minyak akan berhenti dan perusahaan asing harus hengkang dari Libya," jelasnya. Pernyataan Kadhafi itu membuat harga minyak kembali menanjak. Pada pukul 09.20 waktu Tokyo, harga minyak pengantaran Maret naik 1,3% menjadi US$ 87,34 sebarel.