PwC Indonesia: Keamanan siber jadi risiko terbesar digital banking



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PwC Indonesia mengingatkan ancaman keamanan siber mempunyai risiko besar terhadap bisnis perbankan digital dalam dua tiga tahun ke depan. Hal ini tercermin dari riset PwC Indonesia yang bertajuk Global Economic Crime and Fraud Survei PwC 2018.

Chairil Tarunajaya, Technology and Risk Consulting Leader PwC Indonesia mengatakan, kejahatan siber telah lama melewati fase awal dan pertengahan. "Fase matang kejahatan siber memerlukan cara pandang baru terhadap sifat multiaspek dari ancaman siber," kata Chairil dalam paparan risetnya, Selasa (10/7).

Hasil survei PwC terhadap beberapa bankir ini mencatat bahwa bankir merasa bahwa ancaman keamanan siber merupakan risiko terbesar dalam usaha digitalnya. Kehilangan tenaga terampil karena kalah kompetisi adalah risiko besar berikutnya menurut bankir. Selain itu beberapa risiko lain bagi bank dalam digital banking yakni perubahan pesat terhadap teknologi, inisiatif perbankan digital dari bank kompetitor dan fintech.


Karena inovasi digital bank masih dalam tahap awal, organisasi manajemen risiko juga masih mencoba mengevaluasi dampak digital terhadap praktik risiko usaha mereka.

Dalam riset itu juga menyebut, tanggung jawab manajemen risiko dari inisiatif digital saat ini masih banyak diserahkan di tim risiko dan kepatuhan dengan porsi sebesar 60%. Sebanyak 30% responsen menyerahkan risiko digital banking ke tim bisnis digital pemilik produk dan CIO.

Dalam riset PwC juga disebut bahwa Gojek adalah bisnis baru yang merupakan pesaing serius bagi bank. Disusul oleh Tokopedia, Grab dan Alibaba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat