JAKARTA. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) berhasil mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan emiten lain di sektor yang sama di semester I-2017. Penjualan kondominium berhasil mengerek kinerja keuangan perusahaan ini. Selama enam bulan pertama tahun ini, pendapatan PWON tumbuh 20,9% dari Rp 2,44 triliun di 2016 menjadi Rp 2,95 triliun. Sedangkan laba bersih perusahaan properti ini meningkat dari Rp 895,97 miliar menjadi Rp 900,5 miliar. PWON mencatat pendapatan pra penjualan tumbuh 5,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penjualan kondominium dan ruang perkantoran di semester ini cukup mengagumkan, ujar Franky Rivan, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam risetnya pada 28 Juli 2017.
Beberapa kondominium yang berhasil dijual PWON selama kuartal dua adalah Benson, Anderson, menara La Riz di Pakuwon Mall, Angelo, Bella, Chianti Tower di Kota Kasablanka dan Menara Amor di Pakuwon City. Lalu untuk properti perkantoran, emiten ini menjual Pakuwon Tower dan Pakuwon Centre di Tunjungan City, Surabaya. Sayangnya, meski mencatatkan penjualan yang mengagumkan untuk kondominium dan ruang perkantoran, Franky mencatat adanya penurunan tingkat hunian dari beberapa pusat perbelanjaan yang disewakan PWON. Okupansi di Tunjungan Plaza dan Pakuwon Mall mengalami turun sebagai dampak perluasan bangunan yang baru akan selesai pada 2018. Kami yakin pendapatan sewa properti PWON akan terus membukukan pertumbuhan positif ke depannya, imbuh Franky. Akhmad Nurcahyadi, analis Samuel Sekuritas, menyoroti pencapaian pendapatan pra penjualan atau
marketing sales PWON yang sudah memenuhi 44,6% dari target tahunan di level Rp 2,7 triliun. Selama semester I-2017, perseroan membukukan
marketing sales sebesar Rp 1,2 triliun Jumlah tersebut tumbuh dari tahun lalu sebesar Rp 1,1 triliun. Walau tumbuh tipis, tetapi bagi Akhmad ini masih cukup baik, di tengah industri properti yang stagnan. Pendapatan berulang Menurut Akhmad, kemampuan PWON mencatatkan
marketing sales dari produk premium bisa menjadi katalis positif untuk kinerja di semester II. Selain itu, perusahaan ini juga diuntungkan dengan biaya sewa yang stabil dan pendapatan kamar dari beberapa hotelnya yang naik. Selama ini PWON mengantongi pendapatan berulang dari pendapatan sewa mal, sewa ruang perkantoran dan sewa hotel serta apartemen. Di semester I-2017, porsi pendapatan berulang turun menjadi kisaran 47,22%. Padahal selama tahun 2016, porsinya sudah mencapai 53%. Namun Akhmad mengingatkan, pencapaian pendapatan pra penjualan pengembang properti ini masih di bawah target. Porsi pendapatan berulang juga masih rendah. Lalu pertumbuhan sektor properti masih stagnan. Sementara Yehuda Anthony Harahap, analis Philip Sekuritas Indonesia, menilai, PWON cukup diuntungkan oleh pangsa pasarnya yang berasal dari kalangan atas. Konsumennya tidak tergantung pada program cicilan perbankan atau kredit pemilikan rumah (KPR), tetapi mayoritas bisa melakukan pembelian tunai. Makanya penjualan di Surabaya bisa cukup kuat, karena di sana permintaannya cukup tinggi, ungkap dia.
Ia lantas membandingkan dengan beberapa pengembang di kawasan Jabodetabek, seperti Bumi Serpong Damai dan Ciputra. Permintaannya tidak terlalu tinggi. Apalagi pembayarannya lebih banyak dengan skema KPR. Hanya saja PWON perlu mewaspadai ketergantungan terhadap pasar di Surabaya. Kata Yehuda, jika sewaktu-waktu pasar di Kota Pahlawan itu meredup, perseroan ini harus menggenjot
recurring income. Saat ini, sekitar 77,58% penjualan perseroan berasal dari Surabaya dan 19% dari Jakarta. Franky merekomendasikan
trading buy saham PWON dengan target harga Rp 730 per saham. Akmad merekomendasikan
buy dengan target Rp 710 per saham. Sedangkan Yehuda merekomendasikan
hold dengan target harga Rp 710 per saham. Pada Kamis (10/8), harga saham PWON sebesar Rp 680 per saham, turun 1,45% dibandingkan hari sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini