Qantas Batal Merger



SYDNEY. Qantas Airways Ltd kini anteng. Pasalnya, CEO Qantas Alan Joyce telah menegaskan bahwa pihaknya tidak mengharapkan maskapai yang dipimpinnya akan merger dengan maskapai lain untuk sedikitnya dalam satu dekade atau sepuluh tahun yang akan datang. Hal tersebut diungkapkan Joyce, seperti dikutip dari Dow Jones, Rabu (5/8). Joyce juga memprediksikan satu kompetitor bakal keluar dari rute Pasifik antara Australia dan AS. Selain itu, Joyce juga menegaskan bahwa Qantas telah menunda rencananya untuk mengeluarkan bisnis penerbangan yang tidak pasti. Pasalnya, bisnis tersebut tidak akan berdampak bagus pada harga saham Qantas. Sementara itu, pembicaraan mengenai merger Qantas dan British Airways PLC yang sempat menguar, akhirnya batal tahun lalu. Soalnya, Qantas kemudian membicarakan merger dengan Singapore Airlines Ltd dan Malaysia Airlines. Sayangnya, sejak pembicaraan mencuat, kondisi perekonomian global juga anjlok tajam dan meremukkan industri penerbangan. Mereka hanya memiliki pilihan untuk merger atau bangkrut. Namun industri penerbangan mulai stabil sejak April 2009. Namun Joyce masih mengakui bahwa outlook industri penerbangan masih mengerikan lantaran 20 maskapai diprediksikan masih akan kolaps tahun ini. Qantas belajar dari pengalamannya dengan British Airways; bahwa merger dua perusahaan maskapai nasional sungguh sulit dicapai oleh kedua belah pihak. "Karenanya akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang kami prediksikan semula," katanya. Meski outlook masih muram, namun Qantan memutuskan untuk mencuil pangsa pasar di Australia sebesar 65%. Selain itu, menurut Joyce, masih ada peluang untuk menawarkan jasa di bisnis berskala kecil maupun menengah di negeri kanguru itu.


Editor: