Qantas meminta jaminan utang pemerintah Australia



SYDNEY. Persaingan sengit bisnis penerbangan global memakan korban. Qantas Airways Ltd akan memangkas 5.000 pekerjaan dan menunda pengadaan pesawat jet baru.

Bukan hanya itu, maskapai penerbangan terbesar di Australia ini akan meminta jaminan utang kepada pemerintah setempat setelah menderita kerugian senilai A$ 252 juta atau US$ 226 juta.

Qantas berniat menunda pengiriman lebih dari 50 unit pesawat dari Airbus Group NV dan Boeing Co, serta mengurangi satu dari setiap tujuh karyawannya pada 2017. Maskapai yang telah diprivatisasi dua dekade silam ini ingin memangkas biaya A$ 2 miliar dalam tiga tahun ke depan. Langkah radikal ini diharapkan bisa meyakinkan pemerintah Australia agar bersedia membantu Qantas.


Di pasar domestik, Qantas kalah dalam perang tarif dengan Virgin Australia Holdings Ltd. Qantas juga terbebani tingginya biaya bahan bakar, penguataan dollar Australia, serta persaingan internasional yang semakin ketat.

Pada Desember tahun lalu, Standard & Poor's memangkas peringkat utang Qantas ke status junk. Ini yang menyebabkan maskapai itu sulit memperoleh utang. Dengan meminta bantuan jaminan utang ke pemerintah, manajemen Qantas berharap mendapatkan akses permodalan yang lebih murah.

Chief Executive Officer Qantas, Alan Joyce, juga meminta pemerintah mengubah aturan investasi asing di industri maskapai penerbangan. Qantas ingin pemerintah menaikkan batas kepemilikan asing di perusahaan itu. Aturan yang ada saat ini membatasi kepemilikan asing di Qantas maksimal sebesar 49%. Sedangkan maskapai lain bisa mengundang asing hingga mencapai 65% kepemilikan.

Joyce mengklaim, dibukanya akses modal asing ke Virgin Australia telah memberikan keuntungan yang tidak adil. Saat ini, Virgin Australia dikuasai tiga pemegang saham asing, yakni Air New Zealand Ltd, Singapore Airlines Ltd dan Etihad Airways PJSC.

Pemerintah Australia saat ini masih membahas kemungkinan mengubah aturan kepemilikan Qantas. Dan jaminan pemerintah atas kondisi finansial Qantas merupakan pertanyaan paling sensitif saat ini. "Harga saham Qantas tidak akan naik sampai ini diumumkan," ujar Peter Esho, Kepala Analis Pasar Invast Financial Services Pty.

Editor: Sandy Baskoro