KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Direct selling (penjualan langsung) atau MLM (
Multi Level Marketing) merupakan salah satu metode penjualan yang sudah lama dilakukan dengan konsep menjual produk langsung kepada konsumen. Aspek pertemuan penjual dan pembeli menjadi salah hal yang lazim dilakukan di bisnis penjualan langsung. Lantas bagaimana dengan sekarang dimana teknologi sangat maju pesat, segala bentuk bisnis dan kegiatan ekonomi bisa dilakukan secara online. Dengan teknologi, bisnis bisa dilakukan tanpa tatap muka secara langsung. Bagaimana dengan bisnis penjualan langsung?
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penjualan Langsung Indonesia (AP2LI), Andrew Susanto, mengatakan, tidak ada yang bisa membendung perkembangan teknologi. Yang bisa dilakukan adalah secepat mungkin harus memanfaatkan teknologi itu. Ia bilang, siapa yang cepat beradaptasi dengan teknologi, dialah yang akan menjadi pemenang. Dan itu berlaku di bisnis
direct selling. Menurutnya, AP2LI sangat menyadari bahwa bisnis penjualan langsung sangat peka terhadap teknologi.
Baca Juga: QNET Indonesia Tegaskan Tidak Ada Afiliator di Bisnis Penjualannya "Pesatnya perkembangan teknologi harus diiringi oleh cepatnya komunikasi pemasaran para anggota bisnis penjualan langsung”, ujar Andrew dalam keterangannya, Jumat (5/8). Andrew menambahkan bahwa AP2LI adalah asosiasi tempat berhimpunnya perusahaan yang bergerak di bidang industri penjualan langsung (direct selling) dan penjualan berjenjang (
multilevel marketing) di Indonesia. AP2LI adalah sebuah sarana perjuangan dari dunia usaha penjualan langsung untuk merealisasikan hubungan industrial yang sehat, kondusif, positif dan harmoni. Andrew menjelaskan, AP2LI terus memompa semangat para anggota untuk dapat beradaptasi cepat dalam membangun dan menjalankan bisnis penjualan langsung. Dan hasilnya adalah industri penjualan langsung mampu beradaptasi sangat cepat terhadap kondisi iklim dunia usaha. Menurutnya, keahlian dalam membangun jaringan, kualitas produk dan yang pasti dengan dukungan teknologi, pihaknya bisa mengalahkan pandemi. "Terbukti kami masih berdiri tegak. Tercatat dalam dua tahun terakhir, pada masa pandemi, mitra usaha bisnis penjualan langsung mampu meningkat sekitar 15 %, dan saya perkirakan akan meningkat di tahun 2022 sebesar 20 %”, kata Andrew.
Baca Juga: QNET dan Kolaborasi Indonesia bekerja sama percepat vaksinasi di Jakarta Ia melanjutkan, AP2LI ingin selalu aktif melakukan edukasi ke masyarakat bahwa penjualan langsung atau MLM bukan
money game, bukan perusahaan investasi, tetapi bisnis jaringan yang mengutamakan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. "Kerja keras membangun jaringan dan memasarkan produk. Kerja cerdas bagaimana melakukan presentasi dengan memanfaatkan teknologi agar masyarakat tertarik untuk membeli produk. Kerja ikhlas menerima hasil. Yang juga penting jangan mudah terbuai dengan penawaran muluk yang menjanjikan hasil pasti berupa keuntungan besar tanpa perlu melakukan kerja apapun," tegas Andrew. Ganang Rindarko, General Manager QNET Indonesia, salah satu anggota AP2LI yang mengatakan bahwa pesatnya perkembangan teknologi masa kini telah membawa dunia masuk pada era globalisasi dan liberalisasi perdagangan. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam perkembangan industri penjualan langsung di Indonesia dimana globalisasi dan liberalisasi perdagangan telah membawa dampak positif maupun negatif bagi industri penjualan langsung.
Baca Juga: QNET diakui sebagai anggota asosiasi penjualan langsung Spanyol Ia bilang, QNET telah membangun bisnis penjualan langsung selama lebih dari 23 tahun. Pihaknya juga sudah sangat mengerti bagaimana iklim penjualan langsung di Indonesia. "Kami sangat mendukung langkah AP2LI untuk mengembangkan bisnis penjualan langsung dengan mengedepankan teknologi sebagai media untuk meningkatkan penjualan serta mendukung upaya AP2LI memajukan industri penjualan langsung di Indonesia ,” tutup Ganang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli