Qunut Sunarto, Jatuh Bangun dari Kuli Menjadi Pebisnis UMKM Furniture



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pandemi covid-19 yang masih merebak menjadi tantangan bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam berbisnis. Tidak terkecuali bisnis furniture di Jalan Pulo Kambing Raya Kawasan Industri KIEP Pulo Gadung. Mereka saat ini masih berjuang untuk terus membuat orderan para pelanggan. 

Qunut Sunarto, Pelaku UMKM Furniture di Kawasan Pulo Kambing mengatakan bahwa dirinya mengawali usaha dari tukang finishing di sebuah toko pada tahun 1990-1996. Tak ingin terus menjadi tukang atau kuli yang mengerjakan pembuatan furniture, Qunut mulai belajar membuat bufet pada tahun 1997.

Dari hasil belajar itu kemudian Qunut membuka bengkel kecil-kecilan untuk pembuatan berbagai furniture pada tahun 1997-1999 dan mulai memasok produk furniture ke berbagai toko, namun sayang, usaha yang baru dirintisnya tak bertahan lama karena adanya penggusuran.


"Saya buat tokok di lahan milik sebuah perusahaan. Saat ada penggusuran saya hentikan bengkel saya," terang dia kepada Kontan.co.id, Kamis (3/2).

Qunut mengatakan, setelah bengkelnya bubar, Qunut kembali menjadi tukang di sebuah toko di Cimanggis. Saat itu produksi toko tersebut sangat banyak. Melihat itu, dirinya pun kembali terpacu untuk kembali membangun bengkel furniture-nya. 

Pada tahun 2000-2002 Qunut membuka bengkel dan finishing lagi dengan pemasaran yang lebih luas. Saat itu, Qunut mendapat empat toko untuk dia suplai. "Saya bisa kirim empat sampai delapan sebulan," terang dia.    Lagi-lagi, karena memang bengkel Qunut berdiri di lahan milik sebuah perusahaan, maka pada tahun 2002 ada penertiban kembali. "Akhirnya kita berhenti lagi, saat itu saya modal kepercayaan saja dari toko. Saya masok dengan mengambil dari teman," urai dia.

Tetapi untuk pesanan costum tidak bisa dipenuhi sehingga lambat laun toko tak lagi mengambil dari Qunut. Demikian pula pesanan costum. tak patah arang, Qunut pun beralih bisnis menjual pakaian pada tahun 2004. "Saya waktu itu meminjam Rp 25 juta dari BRI Cabang Pulogadung. Itu pinjaman pertama saya di Jakarta," terang dia.

Qunut mengatakan, saat ini pinjaman di BRI Cabang Pulogadung itu berangsur terus naik menjadi Rp 120 juta. "Memang pinjaman pertama saya malah bukan untuk bisnis furniture, tetapi pakaian," ujar Qunut.

Dengan pinjaman tersebut, Qunut bisa terus melanjutkan usahanya di bisnis pakaian meski masih memendam asa suatu hari bisa kembali berbisnis furniture lagi. Dia menceritakan, dalam berbisnis pakaian dia bisa mengantongi sekitar Rp 12 juta-Rp 20 juta per bulan dengan berjualan di depan sebuah pabrik.

"Kebetulan istri saya memang bekerja di sana. Dulu itu pakaian jenis jeans paling laku," ungkap Qunut.

Qunut cukup lama berbisnis pakaian, hingga pada tahun 2010 dia kembali beralih bisnis ke furniture lagi dengan membuat bengkel ukuran 10x14 dengan jumlah enam tukang dengan memasok bahan mentah dan juga finsihing ke pelanggan. 

"Saya waktu itu juga membuat lagi bengkel, saya jual armada saya. Jadi ada dua bengkel dengan jumlah total 8 tukang," imbuhnya.

Ia menjelaskan dengan komitmennya selalu berusaha di bidang furniture, dirinya mendapat penghargaan dari Program Teras BRI dan Program Inspiratif. "Sekarang orderan kalau lagi ramai bisa mencapai 50 produk furniture," urai Qunut.

Orderan yang selalu datang adalah lemari, bufet, tempat tidur, kicthen set, kursi, dan produk ukiran. Dia menjelaskan bahwa untuk harga produk yang sudah pasaran Rp 800.000 untuk bahan mentah dengan lemari pintu dua.

Sedangkan untuk lemari pintu tiga Rp 900.000. "Tapi kalau sudah di finishing untuk pintu dua harganya Rp 1,4 juta dan untuk pintu tiga Rp 1,6 juta," ujar dia. 

Dia mengatakan bahwa saat ini bengkelnya menyediakan produk furniture mentah dan finishing. "Ada satu toko di Kramat Jati besar selalu order ke saya rutin," jelas dia.

Qunut menjelaskan untuk mengembangkan bisnisnya dia berencana membeli aset lahan dan membuat toko secara permanen. Maka itu, dirinya sekarang mulai bertanya kepada pihak BRI untuk mendapatkan pinjaman KUR BRI tahun ini untuk mengembangkan usahanya."Saya lagi tanya-tanya, semoga nanti dapat," ujar dia.

Maklum, saat ini Qunut masih membuka bengkel di lahan milik sebuah perusahaan. Tidak tahu kapan ada penggusuran kembali, tetapi yang pasti dirinya ingin suatu saat bisa membeli lahan dan memiliki usaha furniture dengan mempekerjakan banyak orang. 

Terakhir, Qunut berharap bahwa daerahnya yang kini menjadi kluster furniture BRI bisa kembali mendapat bantuan. Saat ini ada beberapa pelaku usaha UMKM yang masih terus berjuang di tengah dampak pandemi Covid-19 yang masih terus merebak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini