JAKARTA. Usaha kuliner daerah masih banyak dilirik para pebisnis. Soalnya, makanan daerah terus ada penggemarnya di tengah maraknya restoran nasional, restoran barat, restoran jepang, korea, chinese dan lain-lain. Salah satu masakan tradisional yang kini banyak digemari adalah ayam dan bebek penyet. Kuliner Jawa ini berupa ayam atau bebek goreng yang dilumat (dipenyet) bersama dengan sambal pedas. Kini, popularitas masakan ini sudah merambah hingga ke berbagai daerah. Adalah Riki Romeo yang merintis usaha restoran yang mengusung menu andalan ayam, bebek dan iga ini. "Tetapi, karena lokasi resto saya di Balikpapan, jadi ada juga menu khas Kalimantan seperti soto banjar," ujarnya.Resto yang beroperasi sejak 2008 itu diberi nama Warung Puenyet. Berdasarkan riset, Riki mendapati, menu penyet sangat diminati oleh hampir semua kalangan dan usia di Balikpapan.Selain menu penyet dan soto banjar, Warung Puenyet juga menyajikan menu rawon dan bubur ayam. Setiap porsi dibanderol seharga mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 20.000.Melihat sambutan yang bagus di kalangan konsumen, Riki pun mulai membuka tawaran kemitraan sejak tahun lalu. Kini, selain gerai milik pusat di Balikpapan, sudah ada satu gerai milik mitra di Surabaya.Laba bersih 30%Riki menawarkan paket investasi senilai Rp 70 juta. Dengan biaya itu, mitra berhak menggunakan brand Warung Puenyet selamanya (franchise fee), dan mendapat pelatihan memasak.Di luar itu, untuk kebutuhan peralatan dan perlengkapan resto, serta sewa tempat dan dekorasi resto, mitra setidaknya harus merogoh kocek lagi sekitar Rp 100 juta. "Kami punya desain untuk poster, spanduk dan sebagainya. Tapi, mitra tetap mencetak sendiri," papar lulusan akuntansi Universitas Kristen Petra, Surabaya ini.Pihak pusat akan memberi arahan konsep resto ini, yaitu konsep yang berkesan rumahan dan bernuansa Indonesia, sehingga restoran bisa di-setting lesehan.Mitra wajib membeli bumbu masakan dari pusat. Mitra juga akan dikutip biaya royalti sebesar 2,5% dari omzet bulanan. Riki memperkirakan, mitra bisa mencetak omzet Rp 6 juta-Rp 7 juta sehari atau minimal Rp 100 juta per bulan. Jika, target keuntungan bersih 30% tercapai, investasi mitra bisa kembali dalam 1-2 tahun.Ketua Asosiasi Waralaba dan Lisensi Indonesia, Levita Supit menilai, tawaran berupa franchise fee saja masih wajar. Dalam beberapa tawaran kemitraan, tak jarang memang, pihak pusat hanya menyediakan merek semata, tidak beserta dekorasi dan peralatan.Namun, menurut Levita, target omzet Rp 6 juta sehari, terbilang cukup tinggi untuk bisnis kuliner seperti Warung Puenyet. "Makanya, calon mitra harus memperhatikan apakah nominal itu terjadi setiap hari atau hanya waktu-waktu tertentu, seperti akhir pekan saja," paparnya.Katanya, ada dua faktor utama yang memengaruhi omzet usaha kuliner. Pertama, pasti rasa yang enak. Kedua, lokasi usaha sesuai dengan target pasar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Racikan laba dari bisnis Warung Puenyet
JAKARTA. Usaha kuliner daerah masih banyak dilirik para pebisnis. Soalnya, makanan daerah terus ada penggemarnya di tengah maraknya restoran nasional, restoran barat, restoran jepang, korea, chinese dan lain-lain. Salah satu masakan tradisional yang kini banyak digemari adalah ayam dan bebek penyet. Kuliner Jawa ini berupa ayam atau bebek goreng yang dilumat (dipenyet) bersama dengan sambal pedas. Kini, popularitas masakan ini sudah merambah hingga ke berbagai daerah. Adalah Riki Romeo yang merintis usaha restoran yang mengusung menu andalan ayam, bebek dan iga ini. "Tetapi, karena lokasi resto saya di Balikpapan, jadi ada juga menu khas Kalimantan seperti soto banjar," ujarnya.Resto yang beroperasi sejak 2008 itu diberi nama Warung Puenyet. Berdasarkan riset, Riki mendapati, menu penyet sangat diminati oleh hampir semua kalangan dan usia di Balikpapan.Selain menu penyet dan soto banjar, Warung Puenyet juga menyajikan menu rawon dan bubur ayam. Setiap porsi dibanderol seharga mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 20.000.Melihat sambutan yang bagus di kalangan konsumen, Riki pun mulai membuka tawaran kemitraan sejak tahun lalu. Kini, selain gerai milik pusat di Balikpapan, sudah ada satu gerai milik mitra di Surabaya.Laba bersih 30%Riki menawarkan paket investasi senilai Rp 70 juta. Dengan biaya itu, mitra berhak menggunakan brand Warung Puenyet selamanya (franchise fee), dan mendapat pelatihan memasak.Di luar itu, untuk kebutuhan peralatan dan perlengkapan resto, serta sewa tempat dan dekorasi resto, mitra setidaknya harus merogoh kocek lagi sekitar Rp 100 juta. "Kami punya desain untuk poster, spanduk dan sebagainya. Tapi, mitra tetap mencetak sendiri," papar lulusan akuntansi Universitas Kristen Petra, Surabaya ini.Pihak pusat akan memberi arahan konsep resto ini, yaitu konsep yang berkesan rumahan dan bernuansa Indonesia, sehingga restoran bisa di-setting lesehan.Mitra wajib membeli bumbu masakan dari pusat. Mitra juga akan dikutip biaya royalti sebesar 2,5% dari omzet bulanan. Riki memperkirakan, mitra bisa mencetak omzet Rp 6 juta-Rp 7 juta sehari atau minimal Rp 100 juta per bulan. Jika, target keuntungan bersih 30% tercapai, investasi mitra bisa kembali dalam 1-2 tahun.Ketua Asosiasi Waralaba dan Lisensi Indonesia, Levita Supit menilai, tawaran berupa franchise fee saja masih wajar. Dalam beberapa tawaran kemitraan, tak jarang memang, pihak pusat hanya menyediakan merek semata, tidak beserta dekorasi dan peralatan.Namun, menurut Levita, target omzet Rp 6 juta sehari, terbilang cukup tinggi untuk bisnis kuliner seperti Warung Puenyet. "Makanya, calon mitra harus memperhatikan apakah nominal itu terjadi setiap hari atau hanya waktu-waktu tertentu, seperti akhir pekan saja," paparnya.Katanya, ada dua faktor utama yang memengaruhi omzet usaha kuliner. Pertama, pasti rasa yang enak. Kedua, lokasi usaha sesuai dengan target pasar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News