Racikan laba dari usaha MBS Bistro Cafe



JAKARTA. Kuliner ala barat seperti steik dan spageti semakin diminati masyarakat Indonesia. Tapi, selama ini, kuliner barat identik dengan harga mahal dan hanya bisa dijangkau kalangan menengah ke atas. Potensi pasar menengah bawah masih kurang digarap. Peluang inilah yang dilirik MBS Bistro Cafe di Bandung.Cafe yang beroperasi sejak 2009 ini menawarkan menu steik, spageti, burger hingga kentang goreng. Namun, tak hanya panganan barat, cafe ini juga menyediakan makanan oriental serta tradisional, seperti nasi sapi lada hitam, dan nasi timbel.Pengelola MBS Bistro Cafe Adi Hasan menjelaskan, pihaknya mengusung harga yang relatif murah. Tengok saja, harga menu berkisar Rp 11.000 hingga Rp 17.000 per porsi. "Makanya, kafe ini bisa menjaring konsumen dari berbagai kalangan," ujarnya. Demi memperluas usaha, manajemen MBS Bistro Cafe mulai membuka peluang kemitraan pada 2001. Alhasil, sekarang, sudah ada 12 gerai MBS Bistro Cafe yang tersebar Bandung, Bali, Gorontalo, Medan, Kediri dan Pangkalpinang. Rinciannya,  delapan gerai milik pusat, dan sisanya milik mitra.Tertarik menjajal usaha ini? Ada dua paket investasi yang bisa dipilih. Pertama, paket gerobak senilai Rp 20 juta. Mitra berhak mendapat gerobak stainless steel, peralatan masak, serta barang dagangan awal. Kedua, paket mini resto senilai Rp 50 juta. Mitra akan mendapat perlengkapan yang sama dengan paket gerobak,  ditambah meja kursi untuk kapasitas 32 orang, dan dekorasi pendukung. Dibutuhkan ruangan seluas 6 x 7 meter. “Paket ini sifatnya fleksibel mengikuti luas ruangan. Bisa saja seharga Rp 40 juta, tapi ruangannya ukuran 4 x 5 m,” papar Adi. Tanpa biaya royalti Adi memperkirakan, saban bulan, mitra bisa membukukan omzet berkisar Rp 10 juta hingga Rp 50 juta sebulan, tergantung jenis paket yang dipilih.Mitra ditargetkan bisa mengantongi keuntungan hingga 40% dari omzet. Namun, ini belum dikurangi sewa tempat. "Kami proyeksikan, mitra bisa balik modal dalam setahun," target Adi. Asal tahu saja, MBS Bistro Cafe tidak mengutip biaya royalti maupun biaya kemitraan.Pengamat waralaba dari Pietra Sarosa Consulting Group, Pietra Sarosa menyarankan, sebaiknya MBS Bistro Cafe fokus pada satu jenis makanan saja. "Jangan menyajikan makanan barat, oriental dan tradisional sekaligus, karena produksi makanan barat dan tradisional sudah berbeda jauh. Takutnya, akan menambah biaya produksi," paparnya. Selain itu, kata Pietra,  MBS Bistro Cafe sebaiknya menerapkan biaya royalti. Menurutnya, pungutan royalti merupakan hal wajar, supaya pusat tetap bisa memantau mitra dengan baik. Biaya itu bisa digunakan sebagai administrasi seperti ongkos surat menyurat, atau ongkos transportasi dari pusat untuk menyambangi mitra. Pietra juga menilai, konsep paket gerobak di MBS Bistro Cafe akan sulit dijalankan, mengingat makanan yang dijual seperti steik, tidak cocok dijajakan dalam bentuk gerobak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini