Ragukan Bailout, Bursa Eropa Terkoreksi Lagi



FRANKFURT. Harga saham di bursa eropa kembali rontok karena ada kekhawatiran dengan paket pinjaman senilai US$ 1 triliun. Padahal kemarin isu ini telah menyorong indeks Stoxx Europe 600 mencetak gain tertinggi selama 17 bulan terakhir. Pelaku pasar menilai, gelontoran duit US$ 1 triliun itu tidak akan menyelesaikan masalah utang. Pasar saham di Asia dan Amerika termasuk indeks berjangka pun iktu tergelincir dengan isu ini. Saham yang rontok antara lain Branco Stander SA, sebuah bank besar Spanyol. Lalu saham perusahaan pertambangan besar seperti BHP Biliton Ltd, dan Rio Tinto Group ikut terseret anjlik seiring dengan turunya harga tembaga. Saham Deutche Boerse AG juga terpeleset hingga 2% setelah mereka membukukan laba yang lebih rendah dari perkiraan para analis. Hingga pukul 08.20 waktu London, Indeks Stoxx 600 melorot 1,1% ke level 251,32 poin. Indeks yang jadi acuan harga saham di pasa Eropa ini meloncat hingga 7,2% kemarin, sesaat setelah Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyetujui paket pinjaman senilai € 750 miliar atau setara dengan US$ 954 miliar kepada Yunani. Bank Sentral Eropa juga menyatakan akan menomboki penjualan utang pemerintah maupun swasta di kawasan Eropa. "Anda tidak bisa memecahkan masalah krisis utang, dengan menambah utang yang jumlahnya lebih besar atau sekadar memberikan jaminan," kata Christian Blaabjerg, Chief Equity Strategist Saxo Bank kepada Bloomberg TV. Menurut dia, pasar akan kembali mengetes kesungguhan dari Bank Sentral Eropa, untuk menegosiasikan dengan pemegang utang yang sangat besar. Indeks berjangka Standard & Poors 500 juga mengalami tekanan hingga 0,8% hari ini. Indeks MSCI Asia Pacific turut tenggelam hingga 1% setelah ada kabar China mengalami inflasi lebih cepat, karena kredit perbankan melampaui perkiraan. Sementara harga properti di negeri tirai bambu ini terus mencetak rekor tinggi baru. Kondisi ini memberikan tekanan kepada pemerintah untuk mengerek tingkat suku bunga acuan dan membiarkan nilai tukar menguat. Risiko stabilitas"Pembelian obligasi pemerintah merupakan sikap untuk menjaga risiko stabilitas yang signifikan, dan ini yang menjadikan mengama kami menghadapo masalah kritis antara keputusan ECB meksipun ini dalam kondisi yang tidak normal," kata Anggota Dewan ECB Axel Weber kepada Boersen Zeitung. Kepala Bank Sentral Jerman atawa The Bundesbank ini bilang, "Saat ini situasi kritis untuk mengambil risiko yang paling minimal."Komentar lain datang dari President ECB Jean-Claude Trichet yang menyebutkan, keputusan untuk membayar aset ini memang tidak mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota ECB yang berjumlah 22 negara. Lembaga pemeringkat Moodys Investor Services kemarin bilang, kemungkinan besar obligasi Yunani akan terus mengalami kemerosotan harga dan diperkirakan akan menjadi obligasi sampah dengan rating terendah pada bulan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Syamsul Azhar