Raih GIFA 2017, BEI akan genjot saham syariah



KONTAN.CO.ID - Bursa Efek Indonesia (BEI) menerima penghargaan internasional dari Global Islamic Finance Award (GIFA) pada 9 September 2017. BEI memenangkan kategori The Best Supporting Institution for Islamic Finance of the Year, sama seperti tahun sebelumnya. Penghargaan ini menunjukkan peran BEI dalam memajukan industri pasar modal syariah nasional diakui dunia internasional.

Asal tahu saja, GIFA merupakan penghargaan internasional di industri keuangan syariah dunia yang diselenggarakan EdBiz Consulting, yang berpusat di London. GIFA 2017 merupakan hajatan ketujuh yang pernah digelar.

Kepala Unit Edukasi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Irwan Abdullah mengatakan, pertumbuhan investor dalam waktu lima tahun mencapai 3.000%. Untuk menanamkan modal bisa menggunakan US$ 10. "Hal inilah yang menarik perhatian," katanya, Kamis (14/9).


Terlebih, pertumbuhan produk syariah tercatat dua kali lipat dibandingkan konvensional. Jumlah investor saham syariah per Agustus 2017 tumbuh 49% dibandingkan 2016 menjadi 18.330 investor. Angka ini setara dengan 3,1% total investor yang berjumlah 1,1 juta. Tahun lalu, porsi investor syariah baru sekitar 2,3%.

Dari sisi volume, nilai dan frekuensi transaksi saham berbasis syariah selama lima tahun terakhir (2011-Agustus 2016) meningkat jauh melebihi saham-saham non syariah. Rata-rata pertumbuhan volume transaksi saham syariah 167,2% berbanding 130% saham non syariah.

Sementara, rata-rata pertumbuhan nilai transaksi saham syariah selama lima tahun terakhir mencapai 70,7%, berbanding pertumbuhan nilai transaksi saham non syariah yang hanya 25,4%.

Merespons penghargaan tersebut, Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengusulkan adanya Direktur Khusus Saham Syariah untuk memberi perhatian lebih pada produk syariah. “Indonesia ini negara Muslim terbesar, jadi kita harus serius. Syariah ini enggak cukup hanya berupa unit, konsentrasi perhatian terhadap produk syariah harus ditingkatkan,” ujarnya, Kamis.

Tito mengakui, pertumbuhan produk syariah memang masih menghadapi sejumlah hambatan. Ia menilai, produk syariah saat ini belum end to end produk dan proses. "Hal ini yang sedang dikembangkan bagaimana caranya dari mulai dia order produk, proses dari emiten dan di brokernya,” imbuh Tito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini