KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Raja Roti Cemerlang Tbk akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Calon emiten yang bakal menggunakan
ticker saham BRRC itu tengah bersiap melakukan
initial public offering (IPO) sebanyak-banyaknya 291,5 juta saham, atau setara dengan 30,01% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Melansir prospektus, Raja Roti membuka harga penawaran awal di kisaran Rp 200 per saham-Rp 210 per saham. Sehingga, Raja Roti berpotensi mengantongi nilai penawaran umum perdana saham sebanyak-banyaknya Rp 61,21 miliar. NH Korindo Sekuritas Indonesia pun bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO BRRC.
Dalam hajatan ini, BRRC secara bersamaan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 145,75 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru Raja Roti. Ini setara dengan sebanyak-banyaknya 21,43% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham ini disampaikan. “Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang Saham Baru yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada Tanggal Penjatahan,” ujar manajemen dalam prospektus IPO BRRC, Rabu (18/12).
Baca Juga: Segera IPO, Brigit Biofarmaka Teknologi Tawarkan Rp 330-Rp 350 per Saham Setiap pemegang dua saham baru Raja Roti berhak memperoleh satu Waran Seri I. Setiap 1 Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru Raja Roti yang dikeluarkan dalam portepel. Waran seri I yang diterbitkan mempunyai jangka waktu selama 1 tahun. Waran Seri I adalah efek yang diterbitkan oleh BRRC yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk memesan Saham Biasa Atas Nama Raja Roti yang bernilai nominal Rp 25 per saham dengan Harga Pelaksanaan sebesar Rp210 per saham. Ini dapat dilaksanakan setelah 6 bulan sejak Tanggal Waran Seri I diterbitkan sampai dengan 6 bulan berikutnya, yang berlaku mulai 9 Juli 2025 sampai dengan tanggal 9 Januari 2026. Pemegang Waran Seri I tidak mempunyai hak sebagai pemegang saham termasuk hak dividen selama Waran Seri I tersebut belum dilaksanakan menjadi saham. Apabila Waran Seri I tidak dilaksanakan sampai habis masa berlakunya, maka Waran Seri I tersebut menjadi kedaluwarsa, tidak bernilai dan tidak berlaku. Masa berlaku Waran Seri I tidak dapat diperpanjang lagi. Total dana dari Waran Seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 30,60 miliar.
Baca Juga: Perusahaan EBT Hero Global Investment (HGII) Gelar IPO, Incar Dana Rp 299 Miliar Seluruh dana yang diperoleh dari IPO ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek, sebesar 100% akan digunakan untuk modal kerja. Penggunaan untuk modal kerja itu meliputi peningkatan stock bahan baku, termasuk biaya operasional yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan energi, yaitu gas dan listrik. Modal kerja tersebut digunakan oleh BRRC untuk mendukung pertumbuhan penjualan produk. Sedangkan, dana yang diperoleh Raja Roti dari pelaksanaan waran seri I, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja, yaitu persedian bahan baku dan biaya operasional. Masa penawaran awal
(book building) digelar pada 18-20 Desember 2024. Masa penawaran umumnya diperkirakan pada 3-7 Januari 2025. Lalu, pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Januari 2025.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Ritel Ramai-Ramai Tutup Gerai di Sepanjang Tahun 2024, Ada Apa? Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat, melihat laporan keuangannya, kinerja BRRC belum menunjukkan perbaikan signifikan. Penjualan perusahaan mengalami penurunan dari Rp 47 miliar pada semester I 2023 menjadi Rp 40,9 miliar pada semester I 2024. Selain itu, laba bersih juga turun dari Rp 1,48 miliar menjadi Rp 658 juta pada periode yang sama, dengan laba per saham (EPS) turun dari 2,18 menjadi 0,97. Penurunan ini mengindikasikan adanya tekanan pada profitabilitas perusahaan, baik dari sisi biaya maupun penurunan permintaan. Meski demikian, dana segar dari IPO dapat menjadi dorongan bagi BRRC untuk meningkatkan kapasitas bisnis, memperluas pangsa pasar, atau memperbaiki efisiensi operasional. “Hal ini penting agar BRRC mampu bersaing lebih baik di pasar yang kompetitif,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (18/12). Secara umum, prospek bisnis BRRC berada di sektor
consumer goods yang memiliki ketergantungan tinggi pada daya beli masyarakat.
Baca Juga: Buka Peluang Investasi Hulu Migas, Rukun Raharja Divestasi 13% Saham di IPO RATU Pada tahun 2025, prospek sektor ini diperkirakan cukup positif, seiring potensi peningkatan daya beli yang didorong oleh pemulihan ekonomi dan penurunan suku bunga yang diharapkan dari Bank Indonesia (BI). Penurunan suku bunga BI akan memberikan dampak positif terhadap likuiditas dan konsumsi rumah tangga, terutama untuk produk-produk kebutuhan primer yang menjadi fokus sektor barang konsumsi. Namun, persaingan di sektor ini tetap ketat, sehingga BRRC perlu memiliki strategi yang lebih kuat dalam hal distribusi, inovasi produk, dan pengendalian biaya. “Jika BRRC dapat memanfaatkan momentum ini, bisnisnya memiliki peluang untuk bertumbuh lebih stabil,” paparnya.
Baca Juga: 96 Perusahaan Antre IPO dengan Nilai Tembus Rp 20,41 Triliun Dari sisi daya tarik IPO, saham BRRC bisa menjadi pilihan menarik bagi investor dengan profil risiko menengah hingga tinggi yang mencari potensi pertumbuhan jangka menengah. Namun, penurunan laba bersih dan EPS menjadi catatan penting yang perlu dicermati. Valuasi IPO dengan harga Rp 200 - Rp 210 per saham, harus dianalisis lebih lanjut, terutama dalam membandingkan potensi return dengan risiko yang ada. “Investor juga perlu melihat alokasi dana IPO, apakah digunakan secara efektif untuk memperbaiki kinerja bisnis atau sekadar menjaga stabilitas,” paparnya. Dibandingkan dengan calon emiten lain yang berencana IPO di bulan mendatang, investor perlu mempertimbangkan perusahaan dengan fundamental yang lebih kuat dan strategi bisnis yang lebih agresif untuk memperoleh potensi keuntungan lebih optimal.
”Meskipun sektor
consumer goods cukup stabil di tengah ketidakpastian makroekonomi, BRRC perlu membuktikan kemampuannya dalam merespons tantangan pasar dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati