Rajamandala Electric mengawal proyek PLTA



BANDUNG. PT Rajamandala Electric Power menargetkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Rajamandala beroperasi pada Mei 2019. Rata-rata,  tahap perkembangan pengerjaan fisik proyek ini telah mencapai 61,6%. Perincinnya; peralatan sampai tahap hingga 80%, konstruksi 47%.

Perbedaan tahap pengerjaan itu adalah buntut dari keterlambatan konstruksi. "Konstruksinya agak terlambat, tetapi mesin sudah terlanjur dipesan dan sudah datang," ujar Yudianto Permono, Direktur Operasional PT Rajamandala Electric Power, kepada KONTAN, di area PLTA Lamajan, Pangalengan, Kabupaten Bandung Jumat (5/5).

Keterlambatan konstruksi tak ayal membikin target operasional juga molor. Semula, Rajamandala Electric menargetkan pembangunan proyek PLTA Rajamandala rampung tahun ini. Pengerjaan konstruksi mereka awali sejak tahun 2014.


Bahkan, PLTA Rajamandala sudah mengantongi perjanjian  power purchase agreement (PPA) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sejak tahun 2013. Masa berlaku jual-beli listrik tesebut selama 30 tahun.

Catatan saja, PLTA Rajamandala merupakan proyek kongsi antara PT Indonesia Power dan The Kansai Electric Power Co., Inc. Proyek setrum berkapasitas 47 megawatt (MW) itu berada di Desa Cihea, Haurwangi, Cianjur, Jawa Barat.

Nilai investasi PLTA Rajamandala mencapai US$ 150 juta. Sebanyak 75% di antaranya berasal dari pinjaman The Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Mizuho Bank dengan tenor 19 tahun. Lantas 25% sisanya bersaal dari kas internal Rajamandala Electric.

Meski jadwal pembangunan proyek sempat tak mulus, Rajamandala Electric optimistis dengan pengerjaan sisa proyek. Apalagi sejumlah perizinan sudah beres. Sebut saja izin upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) untuk pembangkit dan transmisi 150 Kv, izin gangguan (HO) hingga izin prinsip Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Kini Rajamandala Electric hanya perlu mencari izin lintas transmisi di atas rel kereta api. Mereka juga sedang dalam proses menyewa lahan milik negara.

Pada saat yang bersamaan, Rajamandala Electric telah menyelesaikan pembuatan terowongan jalan air dan power house. Nanti, PLTA Rajamandala memanfaatkan arus sungai Citarum, dengan mengunakan turbin Francis Vertical Kaplan. Debit air 168 meter kubik (m³) dengan ketinggian jatuhan air (gross head) 34 meter.

PLTA Rajamandala bakal menghasilkan listrik 181 Gwh per tahun dengan capacity factor 44%. Menurut jadwal, operasional proyek itu berbarengan dengan PLTA lain di Jawa Barat.

Asal tahu, PLTA merupakan salah satu pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) andalan PLN. "Karena potensi yang terbesar di Indonesia itu masih air dan panas bumi, selain itu teknologi yang sudah kita kenal itu ya dua itu," ujar Tohari Hadiat, Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan