KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten jasa dan kontraktor pertambangan makin getol melembarkan sayap bisnisnya. Bukan hanya berburu kontrak baru,ada pula tak segan melakukan akuisisi demi menjaga kinerja di tengah dinamika pasar dan fluktuasi harga komoditas. Tengok saja PT Petrosea Tbk (
PTRO) yang akhir pekan lalu mengumumkan perubahan perjanjian jasa penambangan dengan PT Pasir Bara Prima, anak usaha PT Singaraja Putra Tbk (SINI). Dalam pembaruan
term sheet tersebut, durasi pekerjaan diperpanjang menjadi
life on mine dengan estimasi nilai sebesar US$ 1,08 miliar. Director Mining and Mine Services Petrosea, Iman Darus Hikhman, mengungkapkan kontrak tersebut mencakup pengupasan lapisan penutup dan penggalian batubara di area tambang yang berlokasi di Kapuas, Kalimantan Tengah. Perjanjian ini sekaligus menjadi ekspansi bisnis PTRO ke daerah Kalimantan Tengah.
Sebelumnya, pada awal bulan Juni PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (
MAHA) meneken perpanjangan kontrak pengangkutan batubara dengan PT Indonesia Pratama, anak usaha PT Bayan Resources Tbk (
BYAN). Kontrak MAHA yang mulanya akan berakhir pada 2027 diperpanjang 10 tahun, menjadi hingga tahun 2034.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Bidik 50% Pendapatan Non Batubara di tahun 2030 Jumlah total batubara yang akan diangkut oleh MAHA dari tahun 2024 hingga 2034 mencapai 368 juta ton. Amandemen kontrak ini diestimasikan bakal meningkatkan pendapatan MAHA sekitar US$ 1,2 miliar atau Rp 19 triliun sampai dengan tahun 2034. Selain tambahan kontrak, sejumlah emiten juga menggelar ekspansi anorganik berupa akuisisi perusahaan. Terbaru, pada 1 Juli 2024 PT Delta Dunia Makmur Tbk (
DOID) mengumumkan telah merampungkan akuisisi terhadap Atlantic Carbon Group Inc. (ACG) senilai US$ 122,4 juta. Akuisisi yang dilakukan melalui American Anthracite SPV I, LLC, anak perusahaan PT Bukit Makmur Internasional ini membuat DOID memiliki empat tambang antrasit Ultra High Grade (UHG) di Amerika Serikat. Antrasit UHG menjadi komoditas penting untuk produksi baja rendah karbon. Langkah akuisisi sebelumnya juga ditempuh oleh PT Samindo Resources Tbk (
MYOH). Emiten yang juga dimiliki oleh taipan Low Tuck Kwong ini mengambilalih 83,81% saham PT Transkon Jaya Tbk (
TRJA), perusahaan penyewaan kendaraan untuk industri tambang dan konstruksi.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengamati aksi korporasi tersebut akan berdampak positif terhadap prospek kinerja emiten ke depannya. Dari akuisisi, emiten bakal menambah sumber pendapatan baru.
Baca Juga: Meski IHSG Rebound dan Harga Saham Big Caps Naik, Tren Pembalikan Arah Belum Pasti Sedangkan perpanjangan kontrak menunjukkan keandalan performa operasional emiten sesuai jasa yang ditawarkannya. "Perpanjangan kontrak ini menunjukkan strategi dalam menjaga relasi yang baik dengan klien. Dampak ke kinerja akan bagus," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7). Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian sepakat, perpanjangan atau perolehan kontrak baru akan menjaga stabilitas pendapatan emiten, mengingat sifat kontrak yang cenderung untuk periode jangka menengah-panjang. Di sisi lain, Ayu menyoroti faktor harga batubara yang saat ini masih berada di atas US$ 120 per ton.
Posisi harga komoditas yang masih cukup menarik akan berpengaruh terhadap tingkat produksi dan permintaan terhadap jasa pertambangan. Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan memperkirakan bahwa harga batubara akan bergerak stabil di area US$ 130 - US$ 140 per ton pada kuartal III-2024. Harga berpotensi naik pada bulan September terdorong oleh permintaan musim dingin. Namun lonjakan harga yang signifikan mungkin tidak akan terjadi melihat dinamika perdagangan global dan peningkatan produksi batubara Indonesia.
Baca Juga: Defisit Masih Besar, Bumi Resources (BUMI) Absen Bagikan Dividen Selain harga, faktor lain yang akan diperhatikan penambang adalah cuaca serta permintaan dari negara tujuan ekspor utama seperti China dan India. "Saat ini kami tetap optimistis tingkat produksi Indonesia akan mencapai target pada tahun 2024," kata Rizkia.
Editor: Putri Werdiningsih