JAKARTA. Dwi Roesmika juga harus melewati jalan berliku dalam meniti bisnis pernak-pernik miliknya yang kini telah membuahkan omzet hingga ratusan juta rupiah per tahun. Ketika memulai usaha pernak-pernik suvenir khas Surabaya, dana yang ia butuhkan untuk investasi awal kurang dari Rp 20 juta. Untuk penjualan perdana, Dwi hanya membuat 400 buah kaus dengan 20 desain berbeda. Ide awal membuat kaus khas Surabaya ini berasal dari pengamatannya selama traveling ke berbagai daerah. Laki- laki yang masih melajang ini memang gemar sekali jalan-jalan ke berbagai kota di Indonesia maupun ke luar negeri. “Saat itu saya melihat, banyak kota yang punya oleh-oleh khas selain makanan seperti Bali yang punya Joger, Yogyakarta yang punya Dagadu, dari situ saya mulai terpikir untuk menciptakan suvenir khas Surabaya,” kata dia. Saat itu menurut dia, Surabaya memang masih belum mempunyai suvenir fashion khas Surabaya. Ini tentu bisa menjadi peluang bisnis yang menarik untuk digeluti, melihat belum ada pesaing di bisnis ini. Sebelum memutuskan untuk merealisasikan idenya, Dwi mencoba mengutarakan ide bisnisnya dengan rekan sekantor yang bernama Mahendra. "Biasanya saat makan siang mereka berdua saling bertukar pikiran untuk memulai usaha tersebut," kata dia.
Rajin ikut pameran untuk memasarkan produk
JAKARTA. Dwi Roesmika juga harus melewati jalan berliku dalam meniti bisnis pernak-pernik miliknya yang kini telah membuahkan omzet hingga ratusan juta rupiah per tahun. Ketika memulai usaha pernak-pernik suvenir khas Surabaya, dana yang ia butuhkan untuk investasi awal kurang dari Rp 20 juta. Untuk penjualan perdana, Dwi hanya membuat 400 buah kaus dengan 20 desain berbeda. Ide awal membuat kaus khas Surabaya ini berasal dari pengamatannya selama traveling ke berbagai daerah. Laki- laki yang masih melajang ini memang gemar sekali jalan-jalan ke berbagai kota di Indonesia maupun ke luar negeri. “Saat itu saya melihat, banyak kota yang punya oleh-oleh khas selain makanan seperti Bali yang punya Joger, Yogyakarta yang punya Dagadu, dari situ saya mulai terpikir untuk menciptakan suvenir khas Surabaya,” kata dia. Saat itu menurut dia, Surabaya memang masih belum mempunyai suvenir fashion khas Surabaya. Ini tentu bisa menjadi peluang bisnis yang menarik untuk digeluti, melihat belum ada pesaing di bisnis ini. Sebelum memutuskan untuk merealisasikan idenya, Dwi mencoba mengutarakan ide bisnisnya dengan rekan sekantor yang bernama Mahendra. "Biasanya saat makan siang mereka berdua saling bertukar pikiran untuk memulai usaha tersebut," kata dia.