Rajin Lepas Kepemilikan Saham di Perusahaan Asuransi, Ini Kata Bank Mandiri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terlihat beberapa kali melakukan divestasi pada perusahaan asuransi yang dimiliki. Setelah tahun lalu melepas semua kepemilikan saham di PT AXA Insurance Indonesia, kini juga melepas sebagian sahamnya di PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Mandiri Inhealth).

Meski demikian, bank berlogo pita emas ini juga masih menjadi pemegang saham pengendali di satu perusahaan asuransi tersisa, AXA Mandiri Financial Services (AMFS). Maklum, perusahaan asuransi ini memberikan kontribusi laba sebagai anak usaha mencapai Rp 677 miliar, tertinggi setelah BSI.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Teuku Ali Usman bilang Bank Mandiri akan selalu mereview segala peluang bisnis yang ada di masa depan. Harapannya, untuk mengoptimalisasi sinergi pengembangan bisnis di Mandiri Group


“Kami selalu melakukan asesmen potensi dan peluang bisnis yang dapat dikembangkan baik melalui kolaborasi antar perusahaan di Mandiri Group maupun dengan perusahaan lain,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (29/2).

Baca Juga: Penjualan Aset Buruk Perbankan Laris Manis Tahun Lalu

Terkait dengan pelepasan 60% sahamnya di Mandiri Inhealth, Ali bilang ini merupakan kolaborasi antar BUMN, dalam hal ini IFG Life. Kolaborasi ini menjadi upaya mewujudkan hasil yang lebih optimal.

Dia bilang penguasaan pasar Mandiri InHealth yang lebih besar di bisnis asuransi ini tentunya sejalan dengan strategi dan blue print yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini melalui Kementerian BUMN.

Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin berpandangan bahwa sejatinya asuransi ini memang sejatinya berkaitan dengan bisnis perbankan. Sehingga, lebih menguntungkan jika bank memiliki perusahaan asuransi.

Namun, ia menyadari ada beberapa faktor yang bisa membuat bank melepas kepemilikan saham di perusahaan asuransi. Di antaranya, prospek bisnis dan kontribusi terhadap kinerja yang bisa dinilai tak signifikan.

“Jadi lebih ke efisiensi dan tidak banyak memiliki perusahaan asuransi,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati