Raksasa Teknologi AS akan Pangkas 20% Jumlah Karyawan hingga Tengah Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Musim dingin yang dialami raksasa teknologi besar Amerika Serikat (AS) masih belum berakhir. Analis menyebut perusahaan besar ini akan mengurangi lagi 15% hingga 20% jumlah karyawan dalam tiga hingga enam bulan mendatang, mengutip Yahoo Finance pada Rabu (25/1).

Padahal, raksasa teknologi besar telah memberhentikan puluhan ribu karyawan selama beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran resesi, inflasi yang terus-menerus, dan kenaikan suku bunga terus membebani hasil pendapatan. Perusahaan seperti Google, Amazon, dan Meta telah melepaskan hampir 40.000 karyawan secara gabungan saat ini.

Gene Munster, Pengelola investasi yang fokus pada sektor teknologi di Investment di Deepwater Asset Management mengatakan pertumbuhan jumlah karyawan di sektor ini tumbuh dengan cepat. Lajunya sama cepat dengan pendapatan yang mereka peroleh selama pandemi. 


Baca Juga: Perusahaan Teknologi Besar Dunia Ramai-Ramai PHK Karyawan, Mengapa Apple Tak Ikutan?

“Namun pola penambahan karyawan ini bukanlah berkelanjutan. Akhirnya, itu terus diperlambat, sederhananya, perusahaan-perusahaan ini menambahkan terlalu banyak orang (dalam waktu yang) terlalu cepat,” jelasnya.

Analis ini menunjuk ke Apple sebagai satu-satunya perusahaan menonjol yang tidak meningkatkan jumlah karyawannya secara dramatis selama tiga tahun terakhir. Benar saja, hingga saat ini Apple belum memulai PHK.

Justru Munster menyebut Apple meningkatkan pendapatannya sebesar 52% sejak 2019, tetapi jumlah karyawannya hanya naik 19%.

“Saya mengangkatnya sebagai studi kasus untuk apa yang menurut saya akan menjadi buku panduan bagi perusahaan teknologi lainnya,” katanya.

Untuk menyesuaikan jumlah karyawan mereka dengan lingkungan ekonomi saat ini, satu per satu, rekan teknologi besar Apple mulai memangkas pekerjaan. 

Pemotongan biaya dimulai ketika Meta melepaskan 11.000 karyawan pada November tahun lalu, dengan alasan penurunan pendapatan dan kerugian yang meningkat.

Kemudian pada awal Januari, Amazon memangkas 18.000 posisi. CEO Andy Jassy mengatakan dalam sebuah catatan kepada karyawan bahwa langkah tersebut akan membantu Amazon mengejar peluang jangka panjang mereka dengan struktur biaya yang lebih kuat.

Perusahaan induk Google, Alphabet, bergabung dalam pembantaian minggu lalu, memangkas 12.000 pekerjaan. CEO Alphabet Sundar Pichai ??mengatakan kepada investor bahwa perusahaan perlu merekayasa ulang basis biayanya dan mengarahkan bakat serta modal ke prioritas tertinggi.

Adapun manajemen Microsoft mengungkapkan pada hari Rabu malam setelah para eksekutif menyelenggarakan konser pribadi yang mewah dengan legenda rock Sting bahwa mereka memangkas sekitar 10.000 pekerjaan karena kondisi makroekonomi yang sulit dan perubahan prioritas pelanggan

Terlepas dari jumlah PHK yang besar, Munster mengatakan bahwa pemotongan terbaru untuk jumlah karyawan teknologi besar mungkin tidak cukup.

“Hanya untuk menempatkan pemotongan Google baru-baru ini ke dalam perspektif: margin operasi mereka naik 1% karena pemotongan ini. Jadi pemotongan ini, meskipun mereka menjadi berita utama, tapi itu benar-benar tidak menggerakkan jarum,”  katanya.

Baca Juga: Media Amerika Serikat Diguncang PHK

Analis berpendapat bahwa perusahaan teknologi besar kemungkinan akan melanjutkan PHK sekarang sebagian besar karena dua perkembangan baru-baru ini yang telah memberi mereka penutup untuk melakukannya.

Pertama, setelah investasi terbaru Elliot Management ke Salesforce, Munster mengatakan bahwa investor aktivis kemungkinan akan mendorong pemotongan lebih lanjut untuk tenaga kerja raksasa perangkat lunak itu. Salesforce telah memberhentikan 10% staf awal bulan in. 

Tetapi jika Manajemen Elliott berhasil memprovokasi pengurangan jumlah karyawan, itu dapat membantu CEO teknologi lainnya melakukan hal yang sama.

“Saya pikir itu memberi mereka perlindungan, mungkin perlindungan yang cukup untuk mengambil langkah ke arah yang benar,” kata Munster.

Kedua, Elon Musk telah menunjukkan bahwa melakukan pemotongan jumlah karyawan yang jauh lebih signifikan sebagai pendekatan yang masuk akal setelah akuisisi Twitternya senilai US$ 44 miliar, kata Munster. 

Twitter telah memberhentikan lebih dari setengah tenaga kerjanya dan berencana untuk terus memangkas posisi dalam beberapa bulan mendatang. Pada akhirnya, perusahaan ini  mengurangi jumlah karyawan perusahaan menjadi di bawah 2.000, Insider melaporkan minggu lalu. 

Sementara para kritikus berpendapat bahwa strategi pemotongan biaya perusahaan dapat berakhir dengan bencana, Munster yakin itu adalah bukti bahwa platform besar dan bisnis teknologi dapat beroperasi dengan tenaga kerja yang jauh lebih sedikit.

Tetapi sementara lebih banyak PHK kemungkinan akan datang, Munster mengatakan bahwa sebagian besar perusahaan teknologi besar tidak akan memangkas pekerjaan sebanyak yang seharusnya.

Editor: Herlina Kartika Dewi