KONTAN.CO.ID - LAPORAN pendapatan perusahaan teknologi terbesar menunjukkan bahwa grup tersebut menavigasi lingkungan ekonomi yang sulit dengan lebih baik. Terbukti dari beberapa saham perusahaan tersebut yang berhasil
rebound dan nantinya mendorong investor tentang prospek paruh kedua. Ini tampak pada kinerja Amazon.com Inc., Alphabet Inc dan Microsoft Corp telah mengangkat Indeks Nasdaq 100 sebesar 11% pada bulan Juli dan menambahkan sekitar US$1,5 triliun ke nilai pasarnya. Serta kenaikan ini masuk dalam laju peenguatan bulanan terbesar sejak November 2020. Sayangnya, ini tak berlaku bagi pemilik Facebook Meta Platforms Inc. yang justru mengalami kemerosotan.
“Perusahaan-perusahaan terkemuka telah memasang beberapa angka yang lebih baik musim ini, dan posisi mereka sebagai pemimpin pertumbuhan sekuler tampaknya masih utuh,” kata Mitch Rubin, Kepala Investasi di RiverPark Funds.
Baca Juga: Bursa AS Rekor, Investor Berdamai dengan Resesi Berikut ulasan performa saham perusahaan teknologi melansir dari
Bloomberg: Apple Pertama, dari produsen iPhone Apple sukses mengalahkan ekspektasinya atas kekhawatiran pengetatan rantai pasokan dan penurunan permintaan oleh konsumen. Tercatat, saham Apple naik 2,1% pada Jumat (29/7), telah meningkat 18% pada Juli ini, termasuk kenaikan bulanan terbesar sejak Agustus 2020. Analis
Bloomberg Intelligence Anurag Rana mengungkapkan, Apple menunjukkan tanda-tanda perbaikan rantai pasokan di China dan diprediksi kondisi akan membaik untuk periode mendatang, yang secara musiman merupakan kuartal terbesarnya.
Baca Juga: Saham Kapitalisasi Jumbo Bergerak Dinamis, Intip Rekomendasi yang Menarik Dikoleksi Pendapatan dan laba fiskal kuartal ketiga Apple secara perlahan melampaui perkiraan analis, dengan penjualan iPhone bertahan lebih baik dari yang diharapkan. Chief Executive Officer Tim Cook memperkirakan bahwa penjualan akan mulai meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Meskipun, pengiriman smartphone global turun ke angka kuartalan terendah dalam dua tahun setelah kepercayaan konsumen dilemahkan oleh kekhawatiran inflasi dan resesi. Microsoft Sebelumnya, penjualan dan pendapatan Microsoft berada di bawah ekspektasi yang disebabkan oleh hambatan valuta asing yang tengah terjadi pada awal Juni. Alih-alih menapaki penurunan, saham perusahaan tersebut justru berhasil membalikkan posisinya dan tumbuh 0,3% pada Jumat (29/7). Ini terjadi setelah perusahaan memperkirakan pada tahun fiskal ini dengan pendapatan dan pendapatan operasional yang tampaknya meningkat dengan nominal dua digit. Microsoft, yang memiliki nilai pasar di atas US$2 triliun terus berkomitmen memberikan pertumbuhan yang cukup besar kepada investornya selama ini.
Baca Juga: Resesi Amerika Serikat Resmi Terjadi: Dua Kuartal Berturut PDB Kontraksi "Kami masih mencari pertumbuhan, tetapi jumlah pilihan yang kami miliki untuk itu semakin menyempit," kata Patrick Burton, manajer portofolio di Winslow Capital Management, yang mengawasi sekitar US$26 miliar. “Dalam lingkungan yang tidak pasti ini, kami mempersempit fokus kami ke nama-nama yang dapat memenuhi harapan atau panduan sejalan. Itu berarti nama-nama seperti Microsoft, Alphabet atau Amazon.” Alfabet Meskipun sempat menghadapi kekhawatiran atas laporan pendapatan iklan yang dialami Snap Inc, saham Alfabet diprediksi akan naik 4,6% pada Juli ini usai turun 0,1% pada Jumat (29/7). Angka ini menggambarkan pertumbuhan yan positif dan merupakan peningkatan bulanan terbesar sejak Oktober. Peningkatan yang dialami induk Google ini tentu mampu mengurangi atas pasar iklan yang sebelumnya diperingatkan oleh Snap Inc. yang mengalami keterpurukan atas bisnis tersebut.
Baca Juga: Apple hingga Zoom Dijatuhi Denda oleh Rusia, Kenapa? “Pencarian saat ini jauh lebih baik daripada bentuk iklan digital lainnya, jadi tidak melihat kelemahan yang dilihat Meta atau Snap,” kata Burton dari Winslow. Ia pun menyebutkan sahamnya menarik sekitar 17 kali estimasi pendapatan,itu di bawah rata-rata 10 tahun dan kelipatan Nasdaq 100 sebanyak 21 kali. "Saya pikir Anda akan melihat pertumbuhan dan nilai investor pindah ke Alphabet," tutupnya. Amazon.com Di tengah isu dampak inflasi terhadap belanja konsumen, rupanya ini berhasil ditepis perusahaan e-commerce ini. Lantaran saham Amazon.com naik 11%, sementara pada bulan ininaik sekitar 28%, menempatkannya di jalur kenaikan satu bulan terbesar sejak 2007. Amazon menunjukkan bisnis e-commerce dan komputasi cloud-nya dapat menghasilkan pendapatan bahkan ketika konsumen khawatir adnya inflasi yang menyebabkan perusahaan mengambil langkah serius untuk mengurangi biaya.
Baca Juga: Kominfo Catat Ada 10 PSE Terpopuler yang Belum Daftar, Termasuk Amazon, Paypal & Bing Lebih lanjut, Amazon akan terus merekrut insinyur perangkat lunak, terutama pada Amazon Web Services dan bisnis periklanannya. Bersamaan dengan itu, Chief Financial Officer Brian Olsavsky menyatakan mereka juga akan berhati-hati dalam mempekerjakan departemen lain. Meta Platform Inc. Induk Facebook telah berjuang sepanjang tahun 2022 dan hasil minggu lalu tidak banyak mengubah narasi itu. Perusahaan melaporkan penurunan pendapatan pertamanya dan memperkirakan penurunan berlanjut dalam penjualan pada periode berjalan. Prospek Meta tidak terlihat seburuk Snap, tetapi juga tidak terbukti sekuat bisnis Alphabet karena latar belakang ekonomi melemah. Saham turun 1,8% pada Jumat (29/7). Untuk bulan ini, Meta turun 2% dan berada di jalur penurunan bulanan keempat berturut-turut. Itu akan mewakili rentetan terpanjang sejak 2018. Atas kerugian yang dihadapi Meta, ini telah mendorong perusahaan keluar dari daftar 10 perusahaan terbesar di negara itu berdasarkan nilai pasar. Meta turun hampir 60% dari puncaknya di bulan September, nilai pasar yang hilang oleh perusahaan sejak itu akan mewakili perusahaan terbesar keenam di AS. Sementara itu, Chief Executive Officer Intel Corp Pat Gelsinger memangkas perkiraan penjualan dan laba untuk sisa tahun ini. Ia pun mengakui bahwa produsen chip yang kesulitan membutuhkan lebih banyak waktu untuk membuat produknya kompetitif sambil meyakinkan investor bahwa kuartal saat ini akan menjadi yang terendah.
Baca Juga: Saham Media Sosial Anjlok, Twitter dan Snap Waspada Pengurangan Belanja Iklan Digital Sama halnya, Xiaomi Corp justru menghadapi kesulitan dalam memperoleh persetujuan peraturan untuk proyek kendaraan listriknya di China yang senilai US$10 miliar. Menghadapi laju inflasi yang belum tahu kapan berakhir, pernyataan Elon Musk dalam unggahan Twitter megungkapkan inflasi kemungkinan cenderung turun. Tercatat, lebih banyak harga komoditas Tesla Inc. yang cenderung turun daripada naik.
Begitu pula, Roku Inc. pun merosot 25% di akhir perdagangan setelah mengatakan pengiklan menarik kembali pengeluaran karena masalah ekonomi. Tentuya, ini menambah kegelisahan atas melambatnya pertumbuhan anggaran pemasaran. Kelesuan itu pun juga dialami Hosiden Corp., perakit utama konsol Switch Nintendo Co. yang menarik perkiraan penjualan tahun fiskalnya dengan alasan kesulitan dalam pasokan komponen elektronik. Kemudian, ada Krafton Inc. yang juga mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari lima bulan setelah India memerintahkan Google untuk menghapus game
blockbuster Battlegrounds Mobile dari toko aplikasi. Ini memicu kekhawatiran tentang apakah perusahaan asing dapat bersaing di pasar yang berkembang. Dan tahun ini, film-film Hollywood akan mulai diputar kembali di Cina dan film yang paling dinantikan, "Avatar: The Way of Water,". Chief Executive Officer Imax Corp. Rich Gelfond mengatakan kepada investor pada Kamis (28/7) bahwa itu merupakan salah satu film yang kemungkinan akan dirilis.
Editor: Yudho Winarto