Rally minyak WTI Terus Berlanjut, Diproyeksikan Tembus Level US$ 120 Per Barel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang Rusia-Ukraina terus mengerek harga komoditas energi dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, pada Kamis (3/3), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2022 sudah menyentuh level US$ 113,37 per barrel. Jika dihitung secara year to date, harga minyak WTI telah berhasil menguat hingga 51,67%.

Research & Development ICDX Girta Yoga menjelaskan, konflik Rusia - Ukraina memang punya dampak yang signifikan terhadap komoditas energi seperti minyak mentah. Adanya konflik tersebut berpotensi mengganggu produksi Rusia yang merupakan salah satu produsen minyak terbesar.

Di sisi lain, berbagai negara juga menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, salah satu sanksi terbaru datang dari Uni Eropa yang berniat mengeluarkan Rusia dari sistem perbankan SWIFT.


“Hal ini sangat berpotensi menghambat pembiayaan perdagangan termasuk untuk penjualan minyak mentah dari Rusia ke pasar global. Rusia sendiri merupakan produsen terbesar yang mewakili sekutu OPEC dan ekspornya menyumbang sekitar 8% terhadap pasokan minyak global,” jelas Yoga kepada Kontan.co.id, Rabu (2/3).

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melambung, Begini Nasib Harga Gas Subsidi dan Non Subsidi

Dengan situasi yang ada saat ini, Yoga melihat dalam jangka pendek harga minyak masih berpotensi untuk melanjutkan reli bullish. Apalagi, OPEC juga memberikan sinyal untuk tetap mempertahankan komitmen kebijakan produksi dan tidak menambah lebih banyak pasokan ke pasar meskipun ada kemungkinan pengurangan pasokan dari Rusia.

Sementara secara jangka panjang, harga minyak akan dipengaruhi oleh perkembangan konflik Ukraina - Rusia itu sendiri. Dia juga melihat pasar akan terus memperhatikan keputusan OPEC+ terkait kebijakan produksi. Apakah akan tetap mempertahankan atau akan melakukan penyesuaian. 

Selain itu, rencana perilisan cadangan minyak dari negara-negara importir utama minyak dalam waktu dekat ini juga akan berdampak pada sisi pasokan minyak dunia. 

Berdasarkan proyeksi Yoga, jika ternyata krisis Eropa Timur masih bertahan dalam jangka lama, maka harga minyak berpotensi menemui level resistance di kisaran harga US$ 120 per barel- US$ 140 per barel, atau level yang terlihat pada 2008 sewaktu terjadinya krisis ekonomi global. 

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Menguat, Dibayangi Kecemasan Pasokan Imbas Invasi Rusia

“Apabila ada perkembangan yang bisa jadi katalis negatif untuk minyak, maka harganya berpotensi turun ke level support di kisaran harga US$ 90 per barel- US$ 70 per barel,” tutup Yoga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi