Ramai pasokan produk terproteksi



JAKARTA. Manajer investasi getol meluncurkan reksadana terproteksi untuk menambah dana kelolaan. Emco Asset Management, Sucorinvest Asset Management, dan Danareksa Investment Management menyiapkan produk terproteksi baru di tahun ini.

Emco, misalnya, berniat merilis dua reksadana terproteksi di semester pertama. "Kami sedang menunggu pernyataan efektf dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga diperkirakan akan keluar satu atau dua bulan lagi," kata Direktur PT Emco Asset Management, Hans Kwee kepada KONTAN, Minggu (16/3).

Rencananya, Emco akan meluncurkan reksadana syariah terproteksi dengan target bisa menambah dana kelolaan sekitar Rp 26 miliar. Perusahaan akan mengemas produk itu ke surat berharga syariah negara (SBSN) bertenor 20 tahun. "Instrumen ini diperkirakan bisa memberikan return 5% - 6%," kata Hans.


Produk anyar lainnya yakni reksadana terproteksi konvensional. Emco menargetkan, produk ini bisa mencapai dana kelolaan sekitar Rp 1 triliun. Menurut Hans, produk ini akan memiliki aset dasar obligasi pemerintah bertenor lima tahun. "Karena terproteksi, kami harus mengambil obligasi yang saat ini ada dan ditahan sampai jatuh tempo," tutur Hans. Ia memperkirakan, produk ini bisa memberi return 6%-7% bagi investor.

Direktur Sucorinvest Asset Management Christian Hermawan mengatakan, pihaknya juga tengah memproses dua reksadana terproteksi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Produk ini akan menggantikan reksadana terproteksi yang jatuh tempo pada Februari 2013 sebesar Rp 200 miliar. Saat ini, dari posisi dana kelolaan Sucorinvest sebesar Rp 2,7 triliun, kontribusi reksadana terproteksi masih minim, hanya Rp 320 miliar.

Danareksa Investment Management (DIM) tidak mau ketinggalan. Tahun ini, DIM bahkan tidak berencana menerbitkan reksadana terbuka, dan hanya fokus menerbitkan reksadana tertutup seperti reksadana terproteksi. Direktur DIM Prihatmo Hari beralasan, produk reksadana terbuka DIM sudah komplet.

Saat ini, posisi dana kelolaan DIM sebesar Rp 13,5 triliun. Dari total dana kelolaan tersebut, kontribusi reksadana terproteksi hanya sekitar Rp 2,5 triliun. DIM sendiri ingin meningkatkan total dana kelolaan hingga Rp 16 triliun per akhir tahun ini.

Direktur Utama DIM, Zulfa Hendri mengungkapkan, DIM akan merilis empat sampai 5 reksadana terproteksi baru sepanjang tahun ini dengan target dana kelolaan sebesar Rp 100 miliar per produk. "Reksadana terproteksi yang jatuh tempo pada tahun ini sekitar Rp 400 miliar. Target penerbitan reksadana terproteksi diharapkan pada bulan ini," ujar Zulfa.

Pengamat pasar modal, Rudiyanto mengatakan, prospek reksadana terproteksi masih menarik. Rencana mundurnya pengenaan pajak penghasilan (PPh) atas bunga obligasi di reksadana menjadi 15% di tahun 2014 membawa angin segar bagi produk ini.

Menurut Rudiyanto, penundaan kenaikan pajak akan mendorong return reksadana terproteksi menjadi lebih tinggi. "Pengenaan pajak 5% hingga waktu yang tidak terbatas akan menambah return reksadana terproteksi dibandingkan bila pajaknya naik menjadi 15%," kata dia.

Rudiyanto menambahkan, return reksadana terproteksi juga akan didorong oleh saham yang juga menjadi aset dasar instrumen ini. Reksadana terproteksi memang memiliki kebijakan investasi penempatan dana minimum 80% di obligasi dan 20% sisanya di saham. "Beberapa reksadana terproteksi yang baru juga tidak mengharuskan investor menggenggam reksadana terproteksi hingga jatuh tempo sehingga banyak investor yang menjual instrumennya di tengah-tengah. Hal ini semakin menjadi daya tarik reksadana terproteksi," papar Rudiyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati