JAKARTA. Menyongsong era pasar bebas tenaga kesehatan ASEAN pada 2015 nanti, banyak kalangan menilai bahwa sektor ini harus terus berbenah. Industri rumah sakit nasional harus melihat dan mengevaluasi apa yang membuat sebagian masyarakat terutama kalangan atas lebih senang berobat ke luar negeri, khususnya ke China dan negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Memang, meski sejumlah rumah sakit di Indonesia telah memiliki akreditasi dan standar Internasional, namun dinilai masih belum mampu menyaingi negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Untuk itulah, saat ini tak hanya hunian, pusat belanja, atau perkantoran, namun pengembang properti juga semakin terpacu membangun rumah sakit. Mereka menggelontorkan miliaran rupiah untuk membangun rumah sakit-rumah sakit tersebut. PT Lippo Karawaci Tbk, misalnya, lewat bendera PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), Sabtu (20/12) lalu telah membuka RS Siloam Kupang sebagai jaringan rumah sakit ke-19. Tak tanggung-tanggung, nilai investasi ditanamkan di rumah sakit ini mencapai Rp 350 miliar lebih.
Presiden Direktur PT Siloam International Hospitals, Romeo F. Lledo, mengatakan dengan nilai investasi sebanyak itu diharapkan bisa memberikan dampak ekonomi yang baik, terutama untuk meningkatkan PAD setempat, menyerap tenaga kerja lokal, dan devisa negara agar tidak keluar negeri. Apalagi, keberadaan rumah sakit ini akan terintegrasi dengan pembangunan fasilitas lainnya seperti mal, kawasan komersial, bank, perkantoran, sekolah, dan hotel. "Total investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan mmixed development ini kurang lebih Rp 900 miliar," ujar Lledo kepada
Kompas.com, Senin (22/12). Diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur NTT Drs Frans Lebu Raya, Lledo berharap terjadinya kerjasama erat antara pemerintah dan rumah sakit swasta di NTT. Pihaknya ingin menjadikan Kupang sebagai tujuan rujukan kesehatan untuk masyarakat di NTT. "Provinsi NTT punya potensi wisata yang luar biasa sehingga harus ditunjang dengan kehadiran rumah sakit bertaraf internasional agar semakin meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke daerah Labuan Bajo, Rote Ndao maupun Pulau Rinca-Komodo," ujar. Tak hanya di NTT. Lippo Karawaci tahun ini juga menggenapi proyek terbaru rumah sakitnya dengan memulai pembangunan Siloam Hospital ke-22 di Bandung, Jawa Barat. Proyek tersebut juga sudadh dimulai pembangunannya pada Sabtu (27/9) lalu. "Khusus Siloam di Kupang kami akan mentransformasi pelayanan kesehatan di kota ini sebagai pintu gerbang di kawasan Indonesia Timur agar menarik perhatian investor agar mau mengembangkan potensi daerah ini," kata pendiri Siloam Hospitals Group, James T. Riady. Nantimya, Siloam Hospitals Kupang dilengkapi dengan peralatan medis terkini, meliputi CT-Scan 128 slice, mesin USG 2D-3D peralatan digital X ray, X ray mobile, dan C-arm. Peralatan lainnya seperti MRI, Panoramic X ray, Mammography dan Cardiac USG juga akan melengkapi pelayanan rumah sakit ini (phase 2). Persaingan ketat Selain Lippo Karawaci, pengembang yang ikut mencicipi bisnis rumah sakit ini adalah PT Intiland Development Tbk. Menurut CEO PT Surabaya Jasa Medika, Rudy Surjanto, menjelaskan bahwa paradigma masyarakat mengenai rumah sakit telah berubah. Rumah sakit bukan lagi untuk sekadar memenuhi kebutuhan kesehatan, melainkan juga pemenuhan kebutuhan kebugaran, kecantikan, sekaligus gaya hidup. "Oleh karena itu, rumah sakit yang dibangun pun harus memenuhi semua unsur itu. Ada ruang bedah, ada ruang rawat inap, ada juga ruang komersial seperti klinik kecantikan, kafe, dan resto," ujar Rudy kepada
Kompas.com, Rabu (5/11) lalu. Wakil Presiden Direktur dan COO PT Intiland Development Tbk, Sinarto Dharmawan menambahkan, orang yang masuk ke rumah sakit ingin sembuh dan terlihat cantik serta bugar setelah memeriksakan kesehatannya. "National Hospital Surabaya merupakan rumah sakit bertaraf internasional yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan rumah sakit modern bagi masyarakat Surabaya, khususnya yang tinggal di kawasan Surabaya Barat," kata Sinarto. Dibangun di lahan seluas 8.530 meter persegi dengan bangunan utama 10 lantai, termasuk dua lantai basement serta Annex Building setinggi 5 lantai, rumah sakit ini memiliki total luas bangunan sekurang-kurangnya mencapai 32.000 meter persegi. Dari sisi desain bangunan, National Hospital mengedepankan konsep bangunan hijau yang ramah lingkungan dan hemat energi. Intiland mengalokasikan dana senilai Rp 450 miliar untuk membangun National Hospital. Selama tahun pertama operasionalnya mereka membukukan pendapatan Rp 100 miliar. Tahun ini mereka menargetkan sekitar Rp 200 miliar. Sementara itu, Ciputra Group melalui PT Ciputra Mitra Medika, saat ini juga tengah membangun rumah sakit ketiganya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yakni Ciputra Mitra Hospital. Head of Marketing Department Head Citra Land Banjarmasin, Rudy Andreas, mengatakan Ciputra Mitra Hospital merupakan salah satu fasilitas utama di dalam kawasan perumahan Citra Land Banjarmasin. Pembangunan rumah sakit itu sendiri menelan investasi Rp 250 miliar yang mencakup 205 tempat tidur (bed). Rudy menuturkan, fasilitas kesehatan ini merupakan rumah sakit tipe B atau kategori rumah sakit swasta paling tinggi dengan persyaratan cukup ketat. Dibangun di atas lahan 1,5 hektar, bangunan rumah sakit tersebut terdiri dari dua tower yang akan dibangun secara bertahap seiring kebutuhan masyarakat.
Tahap pertama akan dibangun satu tower terdiri dari lower ground dan enam lantai. Adapun menara kedua dirancang untuk kantor pelayanan dengan total luas bangunan 15.880 meter persegi. Ciputra Mitra Hospital disiapkan sebagai gedung ramah lingkungan dan hemat energi. Rencananya, Ciputra Mitra Hospital dibuka untuk umum pada Oktober 2015. "Di dalam rumah sakit ada 35 ruang poliklinik untuk pasien rawat jalan, Unit Gawat Darurat dengan total kapasitas 12 tempat tidur, tiga kamar bedah, ruang medical check up, ruang radiologi yang lengkap, fisioterapi, Intensive Care baik untuk dewasa, anak, maupun bayi, juga dokter spesialis yang dibutuhkan," kata Rudy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto