JAKARTA. Obligasi masih menjadi pilihan sumber pendanaan bagi korporasi di tahun ini. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut, total penerbitan obligasi korporasi hingga 1 Mei mencapai Rp 19,42 triliun. Angka ini lebih tinggi ketimbang
rights issue yang sebesar Rp 4,32 triliun. Belakangan, memang beberapa perusahaan menyatakan minat untuk meraup dana di pasar modal lewat hajatan
rights issue. Angka rencana penerbitannya pun terhitung besar. Menurut hitungan emiten, penerbitan saham baru lebih murah karena tidak perlu membayar bunga. Jhon Veter,
Managing Director Investa Saran Mandiri mengatakan dalam jangka panjang,
rights issue lebih murah karena tidak ada pembayaran bunga. Ia menduga, emiten mulai banyak memilih pendanaan lewat
rights issue untuk menangkap momentum, karena uang beredar di pasar saham sedang tinggi.
Tapi, pasokan obligasi pun tak surut. Penerbitan obligasi bisa dilakukan perusahaan yang sudah melantai di BEI dan perusahaan yang tidak mencatatkan saham di bursa. Untuk membeli saham
rights issue, investor tentu saja harus lebih dahulu punya saham emiten tersebut. Sedangkan untuk membeli obligasi, investor tidak perlu punya saham perusahaan. Direktur Utama Bond Research Institute (BondRI) Tumpal Sihombing menilai, penerbitan obligasi menguntungkan, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang menggenggam peringkat
investment grade. Peringkat tinggi menyebabkan emiten bisa menawarkan kupon lebih rendah, karena hitungan risiko yang juga lebih rendah.
Menurut Tumpal, saat ini korporasi memilih penerbitan obligasi tenor pendek seperti tiga tahun, lima tahun dan tujuh tahun. Instrumen tenor panjang memiliki kupon yang lebih tinggi sehingga beban perusahaan untuk memberikan kupon terhadap investor semakin besar. "Semakin panjang tenor, risikonya tentu semakin tinggi sehingga investor harus diapresiasi dengan kupon lebih tinggi," kata Tumpal, Kamis (2/5).
Head of Fixed Income BCA Sekuritas Herdi Ranu Wibowo mengatakan, investor harus lebih selektif memilih obligasi korporasi. Salah satunya, diversifikasi sektor industri untuk mengurangi risiko. Sejumlah sektor industri yang bisa menjadi pilihan, menurut dia , antara lain sektor konsumer dan infrastruktur. Herdi menyatakan, investor bisa memilih obligasi bertenor pendek di bawah lima tahun karena ekspektasi inflasi semakin meningkat. "Investor juga harus memperhatikan peringkat dan
outlook emitennya," kata Herdi.
Rencana Pendanaan Korporasi |
Obligasi |
Perusahaan | Nilai (Rp miliar) |
Toyota Astra Financial Service | 1.200 |
Mandiri Tunas Finance | 500 |
Bumi Serpong Damai | 1.000 |
Agung Podomoro Land | 2.500 |
MNC Capital | 500 |
Nippon Indosari Corpindo | 500 |
Jasa Marga | 2.100 |
Batavia Prosperindo Finance | 300 |
Tifa Finance | - |
Citra Marga Nusaphala Persada | 1.200 |
Rights Issue |
Perusahaan | Nilai (Rp miliar) |
Hero Supermarket | 3.460 |
Dyviacom Intrabumi | 7.000 |
Ratu Prabu Energi | 350 |
Bank Internasional Indonesia | 3.000 |
Astra Otoparts | 2.980 |
Citra Marga Nusaphala Persada | 800 |
sumber: riset KONTAN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati