KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah panasnya kontestasi pemilihan presiden Amerika Serikat 2024, sosok tak terduga menjadi perbincangan: seekor kuda nil kecil asal Thailand bernama Moo Deng. Pygmy hippo imut ini, yang namanya berarti “babi membal” dalam bahasa Thailand, telah menyita hati internet dengan tingkah lakunya yang menggemaskan, seperti berendam, makan, hingga menggigit apa pun di sekitarnya. Melalui berbagai video yang diunggah oleh penjaga kebun binatangnya, Atthapon Nundee, Moo Deng telah menjadi fenomena viral.
Baca Juga: Harris Menarik Hati Komunitas Kristen dan Arab-Amerika, Trump Pilih Retorika Agresif Namun, kali ini perhatian tidak tertuju pada kelucuannya semata, tetapi pada ramalan "politis" yang tak terduga. Mengutip
unilad.com, dalam sebuah video yang diambil pada 4 November, Moo Deng “memilih” salah satu kandidat presiden dengan caranya sendiri yang sangat sederhana: memilih semangka.
Bagaimana Ramalan Moo Deng Terjadi?
Dalam video yang beredar, terlihat Moo Deng diberi pilihan dua kue semangka. Masing-masing kue ini diukir dengan nama calon presiden Donald Trump dan Kamala Harris dalam aksara Thailand. Ketika Moo Deng berjalan ke arah kue semangka bertuliskan nama Trump, kehebohan pun terjadi.
Tindakan sederhana tersebut rupanya cukup untuk memicu reaksi keras di internet. Sejumlah penggemarnya kecewa, bahkan ada yang menyatakan ketidakpercayaannya kepada "keputusan" Moo Deng, meskipun banyak yang sadar bahwa dia hanya seekor bayi kuda nil yang tertarik pada buah.
Baca Juga: Jajak Pendapat Pemilu AS: Harris Unggul Tipis atas Trump dalam Dua Survei Terbaru Reaksi Para Penggemar di Dunia Maya
Reaksi penggemar Moo Deng beragam, mulai dari kekecewaan hingga pembelaan. Beberapa pengguna Twitter dengan nada penuh humor mengungkapkan kekesalannya, seperti mengatakan bahwa mereka tidak lagi bisa mempercayai kuda nil favorit mereka. Di sisi lain, penggemar setia Moo Deng mencoba membelanya, menekankan bahwa sang kuda nil hanyalah hewan yang tak mengerti politik, hanya tertarik pada buah-buahan yang ada di hadapannya. Komentar seperti
"Tolong beri dia waktu untuk makan. Dia hanya bayi!" menjadi nada dominan di kalangan mereka yang memahami bahwa keputusan ini hanyalah kebetulan belaka.
Pengaruh Ramalan Tak Terduga Ini dalam Persaingan Politik
Dalam suasana pemilu yang begitu sengit, bahkan tindakan seekor kuda nil bisa memengaruhi percakapan publik. Berdasarkan jajak pendapat terbaru yang dikumpulkan oleh FiveThirtyEight, persaingan antara Harris dan Trump begitu ketat, dengan Harris memimpin sekitar satu setengah poin.
Baca Juga: Potret Amerika Serikat: Pergulatan Ekonomi, Politik, dan Realita Sosial Jelang Pemilu Apakah prediksi Moo Deng benar atau tidak, akan menjadi teka-teki yang terjawab dalam hitungan hari. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dan kecintaan publik terhadap figur hewan viral dalam memberikan warna tersendiri dalam dinamika politik. Moo Deng, tanpa sadar, telah menjadi simbol kelucuan yang kini disandingkan dengan isu politik yang sangat serius.
Donald Trump Kembali Terpilih sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat
Ramalan Moo Deng akhirnya jadi kenyataan. Pada Rabu (6/11), Donald Trump secara resmi terpilih sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat. Dengan kemenangan di Wisconsin, Trump berhasil meraih 270 suara elektoral yang diperlukan untuk mengamankan kursi kepresidenan. Kemenangan ini menunjukkan efektivitas pendekatan politik keras yang diusung Trump.
Baca Juga: Donald Trump Resmi Terpilih Sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat Selama kampanye, ia menyerang saingan Demokratnya, Kamala Harris, dengan nada pribadi yang sering kali misoginis dan rasis, menggambarkan negara dalam ancaman yang dipenuhi oleh migran kekerasan.
Retorika tajam ini, didukung citra maskulinitas yang kuat, berhasil menarik para pemilih yang marah terutama laki-lakidi tengah polarisasi bangsa. Sebagai presiden, Trump berjanji untuk menjalankan agenda yang fokus pada perombakan besar pemerintah federal serta balas dendam terhadap mereka yang dianggapnya sebagai musuh.
Editor: Handoyo .