JAKARTA. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk bersiap menggenjot penjualan di paruh kedua tahun ini. Ada dua momen bagus yang berpotensi mendongkrak kinerja Ramayana, yakni bulan puasa dan perayaan Natal yang diikuti pergantian tahun. Nafsu belanja masyarakat Indonesia sangat menggebu pada dua perayaan keagamaan itu. Ramayana memperkirakan kuartal ketiga merupakan masa puncak penjualannya di 2012. Periode itu bertepatan dengan lebaran dan masa kembali ke sekolah. Ramayana menargetkan penjualan di kuartal III-2012 Rp 3 triliun. Sedang target penjualan untuk kuartal akhir tahun ini adalah Rp 1,6 triliun.
Emiten dengan kode saham RALS itu, akan membangun tiga gerai baru di Porong, Cibadak, dan Sorong. Proyek tiap gerai ditargetkan selesai pada Juli, awal Agustus, dan Oktober. Pengelola Ramayana berharap ketiga gerai baru berkontribusi sekitar 2% dari total penjualan. Analis Trimegah Securities Ivan Chamdani melihat Ramayana bisa memenuhi target kinerja pada paruh kedua tahun ini. Selain momentum Idul Fitri dan Natal, "Penjualan mereka didukung upah minimum provinsi yang naik, khususnya di pulau Jawa. Segmentasi Ramayana adalah masyarakat menengah ke bawah. Kenaikan ini sangat membantu disposable income mereka," kata dia. Ivan juga mengamati adanya kenaikan penjualan di Sumatra dan Kalimantan. Hal ini terkait membaiknya kinerja perkebunan minyak sawit mentah. Apalagi menjelang lebaran, biasanya permintaan terhadap CPO di negara-negara muslim meningkat. Hal ini akan mendongkrak pendapatan petani CPO dan disposable income mereka. Menurut Ivan, secara historis pendapatan Ramayana akan meningkat drastis di bulan Ramadhan. "Biasanya bisa tiga kali lipat dari penjualan bulan lain," ungkap dia. Sentimen positif lain adalah inflasi dan prospek kinerja sektor manufaktur. Jika inflasi tidak tinggi dan sektor manufaktur tetap baik, kinerja Ramayana masih bisa menanjak. Anindya Saraswati, analis Danareksa Sekuritas, mengatakan lebaran merupakan faktor penting bagi Ramayana tiap tahun. "Kalau berbicara perusahaan ritel, akhir tahun lebih terlihat kenaikannya," kata dia.
Kinerja Ramayana di tahun ini juga didukung penjualan barang, melalui konsinyasi dengan merek lain. "Kalau berbicara gross margin, akan lebih kecil. Tapi kalau melihat mekanisme penjualan konsinyasi, maka Ramayana tidak mengeluarkan beban operasional. Jadi untuk net profit, ini lebih menguntungkan bagi company," tutur Anindya. Karena mengincar kalangan menengah ke bawah, Anindya mengatakan segmen tersebut sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro Indonesia. "Bagi kalangan menengah, jika ekonomi turun sedikit tidak terlalu terguncang. Tapi segmen bawah sangat tergantung. Jika ada guncangan, segmen ini ikut terguncang," ungkap dia. Ivan merekomendasikan buy Ramayana dengan target Rp 1.250 per saham. Janni Asman, analis Nomura Singapore, juga memasang buy dengan target Rp 1.250. Erwan Teguh Teh, analis CIMB Securities merekomendasi outperform dengan target Rp 1.200. Harga RALS, Senin (9/7), ditutup naik 4% jadi Rp 1.020 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro