aKARTA. Kabar mengenai rencana PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk mencari investor untuk mengembangkan Robinson memang sudah santer terdengar sejak medio Februari tahun ini. Kabar terbaru, perusahaan ini memutuskan tak akan menjual saham Robinson kepada investor, melainkan akan membentuk perusahaan
joint venture. Padahal, semula muncul berbagai macam opsi. Selain
joint venture, muncul juga opsi menjual saham Robinson dan kerjasama operasi. Bahkan, sempat santer pula beredar rumor bahwa Ramayana Lestari akan melego saham Robinson seharga US$ 300 juta. "Kami tidak akan menjual saham Robinson," tegas Suryanto, Direktur Ramayana Lestari Sentosa, paparan publik, Jumat (23/5).
Meski telah mengakui ada opsi membuka kerjasama dengan pihak lain, Ramayana Lestari masih merahasiakan nama-nama peminang yang bakal menjadi mitra bisnis. Plus, investasi yang harus dikeluarkan jika kelak membentuk joint venture. Suryanto berdalih, perusahaan masih melakukan penjajakan dengan calon investor. Hanya, dia memberi sinyal, para peminang adalah perusahaan yang masih berbasis di Asia, bisa berupa perusahaan lokal maupun regional. "Pemain bisnis ritel di Asia kan itu-itu saja," ujar Suryanto. Sekadar mengingatkan, pada 21 Februari 2014 lalu, Ramayana Lestari menyebutkan, pengembangan bisnis supermarketnya terganjal persaingan dengan pasar tradisional. Seperti Anda ketahui, target pasar perusahaan memang menengah ke bawah. "Strategi kami hanya ingin mengembangkan outlet dan mendorong efisiensi," ujar Setyadi Surya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Ramayana Lestari Sentosa kala itu. Menilik laporan keuangan perusahaan per 31 Maret 2014, jumlah gerai Robinson cuma tujuh. Kalau dibandingkan dengan total 118 gerai Ramayana, jumlahnya tidak sampai 10%-nya. Enam gerai baru Sembari menuntaskan proses penjajakan dengan calon mitra bisnis, Ramayana Lestari merancang dua strategi untuk mengejar target tahun ini.
Pertama, mengurangi diskon produk yang dijual. Cara ini ditempuh demi mengerek margin tahun ini sebesar 0,5%. "Kami harus hati-hati karena kelas menengah bawah yang menjadi target pasar kami sangat sensitif terhadap harga," ujar Suryanto.
Kedua, menambah gerai. Pilihan Ramayana Lestari adalah menambah enam gerai Ramayana. Daerah yang dipilih meliputi Bogor, Depok, Tangerang, Bandung, Solo, dan Malang. Dus, tambahan enam gerai bisa menggenapi jumlah 124 gerai Ramayana tahun ini. Perusahaan itu memasang target pertumbuhan penjualan gerai baru ini nanti sebesar 4%. Sementara di gerai yang sama alias
same store growth, Ramayana Lestari menargetkan penjualan tumbuh 7%. Untuk memuluskan rencana, Ramayana Lestari menyediakan anggaran belanja modal Rp 300 miliar–Rp 400 miliar. Perusahaan itu meyakini strategi yang dipilih bisa mengantarkan pada capaian pendapatan Rp 8,5 triliun hingga akhir 2014. Jika dibandingkan dengan pendapatan 2013 yang sebesar Rp 6 triliun, berarti perusahaan berharap ada pertumbuhan 41,67%. "Penjualan kami bisa melonjak tiga hingga empat kali lipat pada puasa dan Lebaran," kata Suryanto percaya diri.
Namun, realisasi di kuartal I-2014 patut menjadi alarm bagi perusahaan. Pasalnya, sepanjang periode tersebut, belum ada satu gerai baru pun yang dibangun. Perusahaan beralasan masih dalam tahap persiapan. "Karena tidak banyak pengembang yang mau membangun mal di daerah maka kami harus membangun gerai stand alone," terang Suryanto. Sementara, pendapatan kuartal I-2014 memang masih naik 9,43% menjadi Rp 1,18 triliun. Namun nilai ini berarti baru setara 13,88% dari target. Pertumbuhan ini juga tak bertahan hingga ke bottom line. Laba komprehensif tahun berjalan turun 2,45% menjadi Rp 38,57 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina