KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Anggota Grup Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi alumunium nasional.
Corporate Secretary Inalum Mahyaruddin Ende mengatakan, saat ini tengah menargetkan peningkatan kapasitas produksi hingga sebesar 274.140 pada tahun 2024 dari kapasitas eksisting, saat ini kapasitas produksi Inalum hanya sebesar 250.000 ton per tahun. Upaya peningkatan kapasitas produksi ini dilakukan melalui pelaksanaan proyek strategis yaitu
pot upgrading atau
uprading teknologi tungku reduksi.
"Di mana pelaksanaan proyek ini diharapkan dapat diselesaikan pada Q3 2024," kata Mahyaruddin kepada Kontan, Kamis (18/7). Dengan
pot upgrading, secara keseluruhan smelter Kuala Tanjung, yang saat ini dapat memproduksi 250 ribu ton aluminium per tahun, akan mengalami peningkatan produksi hingga mencapai kapasitas 274 ribu ton.
Baca Juga: Inalum Catat Volume Produksi Aluminium Meningkat 53,7% di Semester I-2024 Kontan mencatat,
kebutuhan total aluminium di domestik saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun, sementara saat ini Inalum masih sebagai pemasok utama aluminium di Indonesia dengan kapasitasnya baru mencapai 250 ribu ton per tahun. Kebutuhan aluminium di dalam negeri memang melampaui kapasitas produksi domestik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Indonesia masih mengimpor ratusan ribu ton aluminium dan barang daripadanya per tahun, setidaknya di lima tahun terakhir. Nilai impornya tembus US$ 1 miliar saban tahun. Secara terperinci, volume impor aluminium dan barang daripadanya di 5 tahun terakhir berdasarkan data BPS secara berturut-turut ialah sebesar 814.363,36 ton (atau senilai US$ 2,17 miliar) di 2018, 750.070,71 ton (US$ 1,89 miliar) di 2019, 606.730,26 ton (US$ 1,41 miliar) di 2020, 722.711,86 ton (US$ 2,08 miliar) di 2021, dan 713,821,98 ton (US$ 2,36 miliar) di 2022. Dus, Indonesia secara kumulatif telah mengimpor 3,60 juta ton aluminium dan barang daripadanya selama 2018-2023 dengan total nilai impor US$ 9,92 miliar selama 2018-2022.
Barangkali, bukan tanpa alasan Indonesia masih mengimpor aluminium. Selain karena kebutuhan yang tinggi, ada pula persoalan keterbatasan kapasitas pengolahan di tingkat hulu. Berdasarkan data Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), sumber daya bauksit yang besar yaitu 6,2 miliar ton, sementara cadangannya sebesar 3,2 miliar ton. Dengan angka sumber daya tersebut, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memperkirakan daya tahan cadangan bauksit bisa mencapai lebih dari 100 tahun dengan asumsi tingkat kebutuhan saat ini.
Baca Juga: Inalum Tunjuk Ilhamsyah Mahendra Jadi Direktur Utama Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati