KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode perdagangan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau
rights issue PT Waskita Karya (Persero) Tbk (
WSKT) berakhir pada Rabu (12/1). Pada penutupan perdagangan, harga saham Waskita berada di level Rp 625 per saham, menguat 1,63% dibandingkan hari sebelumnya. Walau begitu, dalam sebulan harga saham WSKT masih turun 9,45% dan dalam sepekan harga sahamnya stagnan. Sebagai pengingat, harga penebusan
rights adalah sebesar Rp 620 per saham. Analis Binaartha Lingga Pratiwi menuturkan
rights issue WSKT sebetulnya masih dapat dikatakan menarik. Sebab, dana
rights issue yang berasal dari penyertaan modal negara (PMN) akan digunakan untuk penyelesaian tujuh proyek ruas tol. Lalu, dana
rights issue yang berasal dari publik ini akan digunakan sebagai modal kerja dan capex untuk WSKT dan anak usahanya.
Baca Juga: Emiten Konstruksi BUMN Membidik Kenaikan Nilai Kontrak Baru Pada tahun ini Waskita juga telah merencanakan sejumlah program jangka menengah seperti berpartisipasi pada proyek ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur, menggarap proyek di luar negeri melalui kerjasama G2G Indonesia dengan beberapa negara. "Jadi lebih melihat ke
long term, apakah WSKT berhasil merealisasikan penggunaan dana
rights issue ini," kata Lingga kepada Kontan.co.id, Rabu (12/11). Adapun pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) disebutkan bahwa per tanggal 7 Januari 2022, sisa saham
rights issue WSKT yang belum ditebus sebanyak 6,05 miliar saham.
Baca Juga: Waskita (WSKT) Optimistis Raih Kontrak Baru Rp 30 Triliun Tahun 2022 Nah, Lingga memproyeksikan selain aksi korporasinya ini, sentimen yang dapat mendorong harga saham WSKT dari rencana divestasi tahun ini. Apalagi, Waskita Karya melalui anak usahanya, Waskita Toll Road (WTR) telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dalam rangka divestasi 55% kepemilikan WTR pada Jalan Tol Cimanggis Cibitung (CCT). Melalui divestasi itu, WSKT menargetkan dana segar senilai Rp 1,7 triliun. Rinciannya, 55% kepemilikan pada CCT senilai Rp 339 miliar dan 55% pengambilalihan
shareholder loan oleh SMI senilai Rp 1,4 triliun. "Melalui transaksi ini, WSKT diperkirakan akan menerima keuntungan sebelum pajak sebesar Rp 229 miliar dan estimasi dekonsolidasian utang sebesar Rp 1,4 triliun," imbuh Lingga.
Baca Juga: Banyak Saham BUMN Keok di 2021, Kini Valuasi Harga Saham Beberapa Emiten Sudah Murah Adapun penandatanganan transaksi Akta Jual Beli (AJB) ditargetkan selesai pada semester I 2022 dengan struktur kepemilikan CCT setelah transaksi ini, SMI 55%, WTR 35%, dan pemegang saham lainnya sebesar 10%. Analis Samuel Sekuritas, Andreas Kristo Saragih menambahkan, sentimen lainnya dari penerimaan dana penyertaan modal negara (PMN) kedua di semester kedua 2022 sebesar Rp 3 triliun. Atas PMN tersebut, WSKT akan kembali menggelar
rights issue.
"Kami memproyeksikan dampak positif setelah dilakukannya
rights issue seperti pertumbuhan kontrak baru dan tingkat
burn rate yang lebih tinggi yang berasal dari proyek-proyek yang menjadi tujuan penggunaan dana
rights issue," tulisnya dalam riset, Selasa (21/12). Oleh sebab itu, Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi
buy atas WSKT dengan target harga Rp 1.220 per saham. Binaartha Sekuritas juga memberikan rating
buy untuk WSKT dengan target harga Rp 800 per saham.
Baca Juga: Ekonomi Diramal Pulih, Berikut Target Kontrak Baru Emiten Konstruksi Tahun Ini Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati